Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Terbaru: Mustahil Cegah Suhu Bumi Lampaui 1,5 Derajat Celsius Waktu Dekat

Kompas.com - 25/08/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah ilmuwan pesimistis target mencegah suhu Bumi naik di atas 1,5 derajat celsius pada 2030 sesuai Perjanjian Paris dapat tercapai.

Menurut studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, peneliti menyimpulkan mustahil mencegah suhu Bumi naik 1,5 derakat celsius dalam waktu dekat.

"Membatasi suhu di bawah 1,5 derajat celsius tidak mungkin lagi dilakukan, bahkan dengan kemungkinan sedang," kata penulis utama studi tersebut, Christoph Bertram, yang merupakan associate research profesor University of Maryland dan peneliti tamu di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK).

Baca juga: 12 Tahun Terakhir, Rata-rata Suhu Bumi Sudah Naik 1,5 Derajat Celsius

Bertram dan rekan-rekan penelitinya melakukan studi terhadap puluhan skenario potensial yang memperhitungkan kemajuan teknologi serta kelayakan penerapan kebijakan iklim di berbagai wilayah di dunia.

Dalam studinya, mereka menemukan bahwa kenaikan suhu 1,6 derajat celsius merupakan skenario yang terbaik, sebagaimana dilansir Earth.org, Rabu (21/8/2024).

Mereka menemukan bahwa kontribusi signifikan teknologi hijau dalam mempercepat transisi energi di seluruh dunia memberi dunia peluang 50 persen untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,6 derajat celsius.

Namun, apabila berbagai negara tidak menerapkan kebijakan iklim seperti pajak karbon dapat mengurangi kemungkinan tersebut hingga 45 persen.

Baca juga: Sekjen PBB: 18 Bulan Momen Krusial Cegah Suhu Naik 1,5 Derajat Celsius

Kendala tersebut berkisar dari kurangnya infrastruktur yang memadai hingga sistem birokrasi yang tidak efektif dan khususnya menjadi masalah di negara-negara berkembang, yang kekurangan sumber daya keuangan.

"Dunia perlu bersiap menghadapi kemungkinan terlampauinya batas 1,5 derajat celsius, setidaknya nol koma satu dan mungkin beberapa nol koma derajat bahkan dengan ambisi tertinggi sekalipun," tulis peneliti dalam sudi tersebut.

Untuk diketahui, suhu rata-rata global selama 12 bulan terakhir yaitu Juli 2023 sampai Juni 2024 sudah naik 1,5 derajat celsius bila dibandingkan temperatur rata-rata era praindustri.

Selain itu, Juni tahun ini menjadi Juni terpanas dalam sejarah yang pernah tercatat dan bulan ke-13 berturut-turut yang memecahkan rekor suhu bulanan tertinggi.

Baca juga: 12 Bulan Terakhir, Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat Celsius

Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Nature Communications awal bulan ini menemukan, setiap kenaikan suhu 0,1 derajat celsius setelah suhu rata-rata naik 1,5 derajat celsius akan meningkatkan risiko peristiwa ekstrem.

"Kita dengan cepat mendekati titik kritis, dan setiap kenaikan suhu sebesar 0,1 derajat celsius yang dihindari dapat mengurangi risiko," kata Ilmuwan ternama Johan Rockstrom, yang merupakan bagian dari tim peneliti di balik studi tersebut.

Lima elemen kritis mulai dari runtuhnya lapisan es Antarktika Barat dan pencairan lapisan es permanen tiba-tiba sudah dalam jangkauan.

Baca juga: Tahun Ini, Suhu Bumi Diprediksi Naik 1,5 Derajat Celsius

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Masuk 500 Besar Perusahaan Terbaik Versi TIME, Intip Strategi ESG Astra

Swasta
Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Wanagama Nusantara Jadi Pusat Edukasi dan Konservasi Lingkungan di IKN

Pemerintah
20 Perusahaan Global Paling 'Sustain' Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

20 Perusahaan Global Paling "Sustain" Versi Majalah TIME, Siapa 20 Teratas?

Swasta
Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem

LSM/Figur
Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

Kerajinan Lontar Olahan Perempuan NTT Diakui di Kancah Global

LSM/Figur
Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Partisipasi dalam “Ayo Sehat Festival 2024”, Roche Indonesia Dorong Akses Pemeriksaan Diabetes Sejak Dini

Swasta
Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Penyaluran Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp 1.959 Triliun pada 2023

Pemerintah
Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Terobosan, Jet Tempur Inggris Pakai Bahan Bakar Berkelanjutan

Pemerintah
Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

Pemenang SDG Pioneers 2024 dari Afrika: Kevin Getobai, Usung Peternakan Berkelanjutan

LSM/Figur
Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Den Haag Jadi Kota Pertama di Dunia yang Larang Iklan Energi Fosil

Pemerintah
 PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

PUBG Mobile Ajak Jutaan Pemain Ikut Jaga Kelestarian Lingkungan lewat Kampanye Play For Green

Swasta
Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Kontribusi Pembangunan Berkelanjutan, 12 Tokoh Bisnis Dunia Sabet SDG Pioneer 2024

Swasta
5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

5 Perusahaan Indonesia Masuk 1.000 Terbaik Dunia Versi Majalah TIME, Ini Daftarnya

Swasta
Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

Integrasi Kecerdasan Buatan, PLN NP Optimalkan Pembangkit EBT

BUMN
Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Separuh Penduduk Dunia Tak Punya Perlindungan Sosial di Tengah Krisis Iklim

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau