KOMPAS.com - Energi menjadi katalis pertumbuhan ekonomi nasional. Di satu sisi, ada kebutuhan bertransisi untuk melawan perubahan iklim dan mencapai nol emisi atau net zero emission (NZE).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sambil mencapai NZE, perusahaan menerapkan target ganda pertumbuhan.
"Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kita membutuhkan energi sebagai katalisnya. Jadi kami perlu membuat energi dapat dijangkau dan diakses oleh semua penduduk," kata Nicke dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (5/9/2024) yang dipantau secara daring.
Baca juga: Negara Berkembang Tak Boleh Ditinggalkan dalam Investasi Transisi Energi
Staregi pertama yakni menjaga kebutuhan energi saat ini melalui bisnis minyak dan gas.
Dalam pemanfaatan energi fosil tersebut, Pertamina melakukan dekarbonisasi melalui penurunan emisi dan meningkatkan efisiensi energi.
Dengan strategi dekarbonisasi, Nicke menuturkan pertamina berhasil memangkas emisi sampai 35 persen pada tahun lalu.
Selain itu, dalam strategi tersebut, Pertamina juga fokus meningkatkan infrastruktur energi, khususnya gas bumi.
Baca juga: Luhut: Transisi Energi Tergantung Konteks dan Kebutuhan Sendiri
"Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar, namun infrastrukturnya terbatas, terutama di wilayah timur," papar Nicke.
Sedangkan strategi kedua Pertamina adalah mengembangkan bisnis rendah karbon seperti panas bumi dan bioenergi.
Potensi panas bumi di Indonesia mencapai 23 gigawatt (GW), akan tetapi pemanfaatannya untuk energi listrik masih sekitar 10 persen.
Belum maksimalnya pengembangan panas bumi tersebut membuka ruang besar bagi Pertamina. Apalagi, kata Nicke, perusahaan pelat merah tersebut memiliki pengalaman dalam mengembangkan energi geotermal.
Baca juga: Riset BNEF: Transisi Energi Terbarukan Dunia Makin Meningkat
Di samping itu, energi panas bumi bisa menjadi beban dasar atau baseload bagi sistem ketenagalistrikan Indonesia.
"Hal tersebut penting untuk penetrasi energi terbarukan yang intermitien di sistem ketenagalistrikan. Panas bumi menjadi pilihan terbaik," tutur Nicke.
Untuk bioenergi, Nicke berujar implementasi biodiesel bisa menjadi solusi ketergantungan impor bahan bakar minyak dan menjaga ketahanan energi.
Tahun lalu, papar Nicke, penerapan B35 mampu mengurangi impor bahan bakar minyak sebanyak 22,7 juta liter.
Selain itu, untuk energi fosil yang tidak dapat digantikan, Pertamina bakal menerapkan carbon offset atau penerapan teknologi penangkan dan penyimpan karbon.
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil Desak Target Energi Terbarukan Capai 60 Persen
Nicke menyampaikan, target ganda pertumbuhan tersebut tak lepas dari tiga parameter.
Pertama, transisi energi yang dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk. Kedua, transisi energi yang dapat menguatkan kapabilitas nasional. Ketiga, mendukung target NZE tahun 2060 atau lebih cepat sesuai target pemerintah.
Dia menambahkan, dalam lima tahun ke depan Pertamina akan mengeluarkan modal untuk penambahan aset tetap perusahaan atau capital expenditure (capex) untuk dua hal.
Alokasi pertama dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis rendah karbon sebesar 50 persen.
Sedangkan alokasi kedua yakni 50 persen untuk budget tagging berkelanjutan, termasuk integrasi untuk mengurangi energy losses alias kehilangan energi.
Baca juga: RI Lirik Kerja Sama Pengembangan Energi Panas Bumi Afrika
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya