Perubahan paradigma ini dinilai tidak lepas dari upaya dunia memitigasi dampak perubahan iklim akibat kenaikan emisi gas rumah kaca.
"ESG sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang diinisiasi UN (United Nations atau PBB) sejak 2015 untuk mengakhiri kelaparan, melindungi bumi, dan mewujudkan kesejahteraan," kata Soeharso, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (3/7/2024).
Baca juga: Hari Ini KG Media Gelar Lestari Summit 2024, Dorong Keberlanjutan dan Inklusivitas
Peluang untuk mendapatkan investasi global terkait ESG terbuka lebar dengan adanya Principles for Responsible Investment (PRI) yang didukung oleh PBB.
Total nilai pasar atau Asset Under Management (AUM) dari PRI sampai 2021 mencapai 121,3 triliun dollar Amerika Serikat (AS) atau meningkat hampir dua kali lipat sejak 2016.
"Berdasarkan data PricewaterhouseCoopers (PwC), banyak investor yang tertarik untuk mendanai sektor energi, pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan karena urgensi dari perubahan iklim dan isu-isu lingkungan global," ujar dia.
Menurut Suharso, ekonomi hijau yang mengandung aspek keberlanjutan akan menjadi mesin pendorong transisi menuju pertumbuhan berkelanjutan melalui transisi energi terbarukan.
Baca juga: Studi IBM: Keberlanjutan Jadi Kunci Keberhasilan Bisnis
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya