KOMPAS.com - Ilmuwan menyebut kotoran sapi bisa menjadi alternatif bahan bakar hidrogen yang berkelanjutan dan efisien.
Untuk membuat bahan bakar itu, penelitian terbaru yang dilakukan University of Illinois Chicago (UIC) tersebut menggunakan metode baru yang menggabungkan limbah hewan dan produk sampingan industri pertanian lainnya dengan tenaga surya dan angin.
Hasilnya, peneliti menyebut bahan bakar ini dapat mengurangi kebutuhan produksi gas hidrogen hingga 600 persen.
Seperti dikutip dari Popular Science, Minggu (25/8/2024) bahan bakar hidrogen telah lama dipandang sebagai sumber energi berkelanjutan yang menjanjikan.
Sayangnya, sebagian besar sistem produksinya belum mengakomodasi keseluruhan tujuan sebagai energi yang berkelanjutan.
Baca juga: Pengembangan Hidrogen Hijau Butuh Investasi Rp 395 Triliun Hingga 2060
Ini karena tingkat listrik yang dibutuhkan untuk memecah air menjadi molekul hidrogen dan oksigen (elektrolisis) biasanya hanya diperoleh dengan membakar bahan bakar fosil seperti batu baru dan gas alam.
Para ahli di UIC pun bertanya-tanya apakah mereka dapat mengganti bahan bakar yang mahal dan penuh polusi itu dengan biochar.
Biochar adalah sumber daya kaya karbon yang dapat dibuat dengan mencampur asam sulfat dengan limbah pertanian atau hewan.
Peneliti kemudian menggunakan berbagai pilihan biochar yang berbeda dari sekam tebu, limbah kertas, rami, dan kotoran sapi. Semuanya dilaporkan mengurangi daya yang dibutuhkan untuk elektrolisis.
Namun dari kelima pilihan, biochar kotoran sapi terbukti menjanjikan dan dapat mengurangi kebutuhan listrik 600 persen menjadi hanya seperlima volt.
Dalam uji lanjutan, para peneliti menemukan bahwa mereka dapat memberi daya pada reaksi elektrolisis yang dibantu kotoran sapi dengan menggunakan satu sel surya yang menghasilkan daya lebih sedikit daripada baterai AA.
Dengan demikian, hampir 35 persen biochar dan sumber energi surya diubah menjadi bahan bakar hidrogen.
Baca juga: Perusahaan Ini Luncurkan Pembangkit Listrik Bertenaga Hidrogen, Siap Dipesan Tahun depan
Ilmuwan dari UIC Meenesh Signh pun mengatakan temuan transformatif tersebut adalah yang pertama menunjukkan bahwa metode ini tidak hanya mungkin dilakukan tetapi juga hemat energi.
Kendati demikian, metode baru ini belum sepenuhnya bersih karena pembakaran biochar menghasilkan emisi CO2.
Namun desain di masa depan harapannya dapat menggabungkan peralatan untuk menangkap karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran.
"Cara murah untuk membuat hidrogen ini dapat memungkinkan petani menjadi mandiri untuk memenuhi kebutuhan energi mereka atau menciptakan aliran pendapatan baru," tambah penulis utama makalah Nishithan Kani.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya