JAKARTA, KOMPAS.com - Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Pemerintah Provinsi Bali mendorong inisiatif Nusa Penida 100 persen energi terbarukan (EBT) pada 2030, dengan menyelesaikan pembuatan peta jalan terintegrasi untuk mencapai target tersebut.
Hal ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara IESR dengan sejumlah mitra strategis dan pemangku kepentingan sektor energi, yang dilakukan dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Beberapa pihak tersebut seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Asosiasi Energi Angin Indonesia (AEAI), dan PT Bali Kerthi Development Fund Ventura.
Baca juga: Dukung Energi Baru Terbarukan, Garudafood Beralih ke Motor Listrik untuk Operasional
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mengatakan, kerja sama ini menunjukkan komitmen untuk mendorong investasi serta mendukung sumber daya untuk pemanfaatan 100 persen EBT di Nusa Penida.
Menurutnya, dalam 6 tahun ke depan, sistem kelistrikan di Nusa Penida harus mulai menambah kapasitas EBT untuk memenuhi peningkatan permintaan listrik, sebelum akhirnya mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sepenuhnya dengan EBT.
"Untuk itu, sebelum 2030 harus dibangun PLTS ground mounted, PLTS atap, PLT Angin, PLT biomassa, sistem penyimpanan energi, dan penguatan grid; dengan kebutuhan investasi mencapai USD 100 juta," kata Fabby.
Lebih lanjut, kata dia, kebutuhan pendanaan dan skala pembangunan EBT di Pulau Nusa Penida hanya bisa terjadi dengan kemitraan antara PLN, PT Indonesia Power, dan para pelaku usaha yang berinvestasi di pembangkit energi terbarukan.
"Pemanfaatan energi terbarukan yang melimpah di wilayah tersebut akan meningkatkan daya tarik Nusa Penida sebagai tujuan wisata utama, yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat dan melestarikan lingkungan alam Bali," imbuhnya.
Baca juga: Dukung Percepatan Transisi Energi Baru dan Terbarukan, Garudafood Bangun PLTS Atap di Sumedang
Berdasarkan analisis IESR dan Center of Excellence Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana, potensi energi terbarukan di Nusa Penida mencapai lebih dari 3.219 megawatt (MW).
Rinciannya, terdiri atas 3.200 MW PLTS ground-mounted atau terpasang di tanah, 11 MW PLTS atap, dan 8 MW biomassa, belum termasuk potensi energi angin, arus laut, dan biodiesel.
Di Peta Jalan Nusa Penida 100 persen Energi Terbarukan, terdapat rekomendasi tiga fase implementasi inisiatif ini.
Pertama adalah pembangunan PLTS dan penurunan operasional PLTD, penguatan jaringan dan manajemen sistem, dan pembangunan PLTB serta energi terbarukan lain ditambah dengan sistem penyimpanan energi untuk sepenuhnya menggantikan PLTD.
Baca juga: Pemerintah Akan Terus Kembangkan Energi Baru Masa Depan
WKU Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, KADIN Indonesia, Solihin J Kalla menuturkan, pihaknya menjadi wadah bagi pelaku bisnis di Indonesia, yang ingin mendorong transisi energi sebagai salah satu primadona investasi negeri ini.
Untuk itu, implementasi peta jalan Nusa Penida untuk mencapai target 100 persen energi terbarukan pada 2030 dapat menjadi salah satu model transisi energi yang kolaboratif dan inklusif.
“Kami berharap dengan adanya kerjasama ini bersama PLN dan asosiasi energi terbarukan akan menggairahkan minat investor dalam menanamkan modalnya di sektor energi terbarukan nasional,” ujar Solihin.
Inisiatif Bali NZE 2045 juga didukung oleh lembaga filantropi asal Indonesia ViriyaENB dan Koalisi Bali Emisi Nol Bersih yang terdiri dari WRI Indonesia, Nexus Indonesia, CAST Foundation, serta IESR.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya