Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembasahan Lahan Gambut Signifikan Turunkan Karbon Dioksida

Kompas.com - 12/09/2024, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Restorasi lahan gambut melalui pembasahan kembali dapat menurunkan emisi karbon dioksida secara signifikan, sehingga berdampak positif untuk mitigasi perubahan iklim.

Senior Manager Karbon Hutan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Nisa Novita menuturkan, metode pembasahan tersebut dilakukan melalui pembangunan sekat kanal di perkebunan sawit pada lahan gambut.

Selain menurunkan emisi karbon dioksia, metode tersebut juga tidak memiliki efek emisi metana, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (11/9/2024).

Baca juga: Pertanian Paludikultur Bisa Restorasi Gambut, Ini Kelebihannya

Nisa melanjutkan, riset tersebut dilakukan YKAN bersama dengan Universitas Tanjungpura, IPB University, Badan Nasional Riset dan Inovasi (BRIN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Stanford University, United Nation University, Oregon State University, dan The Nature Conservancy.

Hasil riset tersebut dipublikasikan dalam jurnal Science of The Total Environment berjudul Strong climate mitigation potential of rewetting oil palm plantations on tropical peatlands yang terbit pada 26 Agustus 2024.

Penelitian tersebut berangkat dari kondisi lahan gambut tropis di Indonesia yang mengalami deforestasi dan dikonversi menjadi penggunaan lahan lainnya, terutama perkebunan kelapa sawit.

Padahal, lahan gambut dikenal sebagai ekosistem penyimpan karbon di dalam tanah terbesar ketimbang hutan tropis di lahan mineral ataupun mangrove.

Baca juga: Ekosistem Gambut dan Mangrove Indonesia dalam Konstelasi Pemanasan Global

"Lahan gambut yang dikeringkan dan terdegradasi diperkirakan berkontribusi hingga 5 persen dari seluruh emisi gas rumah kaca (GRK) global yang disebabkan oleh aktivitas manusia," ucap Nisa.

Sementara itu, Peneliti Ahli Utama Pusat pada Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN Wahyu Catur Adinugroho sebagai salah seorang peneliti yang terlibat menyampaikan, selama ini sudah dilakukan sejumlah riset tentang dampak pembasahan kembali lahan gambut yang terdegradasi.

"Kami melakukan penelitian ini untuk menghitung secara akurat penurunan emisi dari kegiatan pembasahan kembali lahan gambut yang terdegradasi," papar Wahyu.

Baca juga: KLHK dan APP Group Dorong Pemanfaatan Hutan dan Lahan Gambut Berkelanjutan

Para peneliti ini melakukan riset tersebut di tiga area berbeda, yaitu perkebunan kelapa sawit yang telah dikeringkan, pada perkebunan kelapa sawit yang telah dibasahi kembali, serta di hutan yang tumbuh kembali setelah mengalami kerusakan atau hutan sekunder.

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Peneliti mengukur aliran GRK dalam bentuk karbon dioksida dan gas metana menggunakan metode dynamic closed chamber, termasuk mengukur suhu tanah, tinggi muka air tanah, dan parameter iklim.

"Penelitian kami menemukan upaya rewetting (pembasahan) melalui pembangunan sekat kanal dapat mengurangi laju dekomposisi gambut sebesar 34 persen dibandingkan dengan gambut yang tidak dibasahi," ujar Wahyu.

Baca juga: Korporasi Wajib Rawat Lahan Gambut di Area Konsesinya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi

Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi

Pemerintah
BRIN: Teknologi Nuklir Dapat Deteksi Pemalsuan Pangan

BRIN: Teknologi Nuklir Dapat Deteksi Pemalsuan Pangan

Pemerintah
Dalam 6 Bulan, Sampah di Cekungan Bandung Bisa Jadi Bencana

Dalam 6 Bulan, Sampah di Cekungan Bandung Bisa Jadi Bencana

Pemerintah
Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Pemerintah
Laporan 'Health and Benefits Study 2024': 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Laporan "Health and Benefits Study 2024": 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Swasta
Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Pemerintah
Forum 'ESG Edge' Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

Forum "ESG Edge" Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

LSM/Figur
Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Pemerintah
Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah
DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

Pemerintah
Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Pemerintah
Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

BUMN
Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Pemerintah
1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau