KOMPAS.com - Meski ada kemajuan dalam adopsi energi terbarukan, transisi energi global menurut penelitian dari McKinsey Global Institute (MGI) masih menghadapi rintangan.
Sistem energi saat ini menyumbang 85 persen emisi karbon global, sehingga dekarbonisasi akan memerlukan transformasi di seluruh teknologi yang digunakan, mulai dari infrastruktur fisik hingga rantai pasokannya.
Namun penelitian tersebut mengungkapkan transisi energi masih berada dalam tahap awal karena baru 10 persen teknologi yang diterapkan untuk mencapai masa depan nol emisi bersih pada 2050, menunjukkan perlunya percepatan di sektor keberlanjutan.
Baca juga: Cetak Sejarah, 50 Persen Listrik Eropa Dipasok Energi Terbarukan
Seperti dikutip dari Sustainable Views, Sabtu, (14/9/2024) laporan ini juga mengidentifikasi 25 tantangan yang didefinisikan sebagai hambatan untuk beralih dari aset dan proses fisik beremisi tinggi ke aset dan proses beremisi rendah di seluruh ranah yang memerlukan transformasi.
McKinsey menyebut tujuh ranah yang memerlukan transformasi ini adalah tenaga listrik, mobilitas, industri bangunan, bahan baku, hidrogen dan karbon.
Tantangan-tantangan tersebut diurutkan oleh para penulis laporan ke dalam tiga tingkatan, dengan tingkatan tiga menjadi yang paling menantang.
"Separuh dari emisi terkait sistem energi berada dalam apa yang kami sebut tantangan Level 1 dan Level 2. Ini hal-hal yang relatif mudah dipecahkan. Namun 50 persen sisanya berada dalam level 3 dan menjadi tantangan yang lebih sulit," ungkap Mekala Krishnan, Mitra MGI dan peneliti utama studi, dikutip dari Suistainability Magazine.
Contoh tantangan tingkatan tiga meliputi peningkatan infrastruktur hidrogen, mengatasi tantangan jangkauan pada truk listrik, dan penangkapan karbon dari udara.
Laporan tersebut menawarkan serangkaian rekomendasi pula bagi para pembuat kebijakan dan kepala eksekutif perusahaan untuk mengatasi tantangan fisik transisi secara langsung.
Baca juga: Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Prioritaskan Energi Terbarukan
Ini meliputi inovasi dan peningkatan teknologi yang berkelanjutan, dan menyatukan teknologi dalam konfigurasi baru.
Lebih lanjut, meski menghadapi ada berbagai tantangan, namun Tiago Devesa, Peneliti Senior di MGI mengatakan ada alasan untuk optimis.
“Masih ada pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi kita sudah hampir mencapainya," katanya.
Ia mencontohkan kalau transisi energi yang telah berhasil dan bisa bermanfaat adalah pompa panas sumber udara yang dapat memenuhi kebutuhan lebih dari 95 persen populasi manusia di mana pun mereka tinggal.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya