KOMPAS.com - Selama enam bulan pertama pada tahun ini, 50 persen pasokan listik di Eropa dipasok oleh energi terbarukan.
Hasil tersebut mengemuka berdasarkan laporan tahunan Komisi Eropa berjudul State of the Energy Union yang baru dirilis, sebagaimana dilansir Euronews, Kamis (12/9/2024).
Laporan tersebut juga mengungkapkan, listrik dari pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) menyalip produksi setrum dari pembangkit listrik tenaga gas (PLTG).
Baca juga: Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Prioritaskan Energi Terbarukan
Dari hasil tersebut, Komisioner Eropa untuk Energi Kadri Simson menyatakan Uni Eropa kini memiliki bekal yang baik untuk mencapai target netral emisinya.
Uni Eropa juga mencetak rekor lain dengan penambahan 56 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) baru yang terpasang pada 2023, mengalahkan rekor sebelumnya sebesar 40 GW tahun 2022.
"Setelah dua tahun rekor untuk pemasangan energi terbarukan, pada paruh pertama tahun 2024 tenaga angin dan surya telah mencapai titik tertinggi baru, menyalip untuk pertama kalinya bahan bakar fosil dalam bauran listrik kita," kata Simson.
Permintaan listrik di "Benua Biru" juga telah turun. Akan tetapi, upaya efisiensi energi perlu ditingkatkan untuk memenuhi target pengurangan konsumsi energi sebesar 11,7 persen pada 2030.
Baca juga: Indonesia Didesak Tingkatkan Komitmen untuk Manfaatkan Energi Terbarukan
"Laporan ini benar-benar merupakan bukti perombakan besar-besaran kebijakan energi Uni Eropa yang telah kita lakukan selama lima tahun terakhir," kata Simson.
Keamanan energi dan stabilitas harga juga menjadi fokus utama dalam laporan State of the Energy Union. Porsi impor gas Rusia turun, dari 45 persen pada 2021 menjadi 18 persen pada Juni tahun ini.
Antara Agustus 2022 dan Mei 2024, permintaan gas juga turun 18 persen atau 138 miliar meter kubik.
Laporan tersebut juga menemukan, harga gas menjadi lebih stabil dan berada jauh di bawah harga saat puncak krisis energi pada 2022.
Simson mengatakan, hal itu menunjukkan bahwa Uni Eropa kini tidak lagi bergantung pada jaringan gasnya Rusia.
Baca juga: Regulasi dan Pendanaan Jadi Tantangan Transisi Energi di Sektor Tenaga Listrik
"Laporan tersebut menyoroti kemajuan yang telah kami buat di bawah mandat ini menuju sektor energi yang aman, kompetitif, dan terjangkau di Uni Eropa," ucap Simson.
Meski demikian, Komisi Eropa menyatakan masih ada sejumlah tantangan lain yang harus diatasi.
Tantangan-tantangan tersebut mencakup kesenjangan ambisi saat ini dalam target energi terbarukan dan efisiensi energi, peningkatan kemiskinan energi, perbedaan harga energi dibandingkan dengan pesaing global lainnya, serta risiko ketergantungan kritis strategis yang baru.
Simson menambahkan, penyelesaian masalah ini akan memerlukan respons kebijakan yang tegas dan peningkatan upaya di tingkat Uni Eropa dan negara anggota.
Baca juga: Indonesia-Jerman Perkuat Transisi Energi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya