Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 19 September 2024, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Lembaga think tank energi Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai jaringan listrik lintas negara-negara anggota ASEAN dinilai penting untuk penetrasi energi terbarukan di kawasan.

Hal ini perlu tercermin dalam Visi ASEAN pasca-2025 yang menekankan pentingnya transisi energi untuk mengatasi perubahan iklim.

Tanpa peta jalan transisi energi yang jelas, kawasan ini berisiko terjebak dalam ketergantungan karbon yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi hingga 35 persen pada 2050 berdasarkan Studi NTU Singapura dan Universitas Glasgow.

Baca juga: Stasiun Pengisian Daya Kendaraan Listrik Berpotensi Tingkatkan Bisnis Lokal

Manajer Diplomasi Iklim dan Energi IESR Arief Rosadi menuturkan, jaringan lintas negara ASEAN Power Grid (APG) dapat dioptimalkan untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan yang tinggi dan memastikan ketahanan energi kawasan.

Arief menyebut Asia Tenggara juga mempunyai sumber daya mineral kritis yang diperlukan dalam pengembangan energi terbarukan.

Contohnya seperti nikel sebesar 27 persen, timah 32 persen, unsur tanah jarang 36 persen, dan bauksit dari 22 persen dari total cadangan global.

Dia menambahkan, keberadaan sumber daya mineral kritis di Asia Tenggara dapat merangsang investasi lebih lanjut di sektor manufaktur modul surya dan baterai.

Baca juga: Cetak Sejarah, 50 Persen Listrik Eropa Dipasok Energi Terbarukan

“Serta dapat mendorong potensi kerjasama energi transisi energi yang lebih luas di kawasan yang dapat memberi nilai tambah ekonomi” jelas Arief dalam Lokakarya Menuju Asean Summit pada Rabu (18/9/2024), sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com.

Selain itu, penurunan harga teknologi energi terbarukan seperti panel surya membuka peluang besar untuk pemanfaatan energi terbarukan di kawasan ini.

Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR Alvin P Sisdwinugraha memaparkan, penurunan harga modul surya sebesar 66 persen dalam lima tahun terakhir turut mendorong adopsi energi surya di kawasan ASEAN.

Selain itu, produksi modul surya di Asia Tenggara juga dinilai kompetitif.

Baca juga: Akses Listrik ke Desa Kecil Diklaim Tidak Bisa Kurangi Kemiskinan

Oleh karena itu, diperlukan insentif industri untuk mendukung pengembangan sektor ini, seperti yang telah diterapkan di Malaysia dan India.

Dia mencontohkan, kesepakatan kerja sama ekspor listrik antara Indonesia dan Singapura yang mensyaratkan pembangunan rantai pasok energi surya di Indonesia merupakan langkah penting menuju terwujudnya ASEAN Power Grid.

Di samping itu, potensi penciptaan lapangan kerja hijau dari kerja sama tersebut juga signifikan, khususnya dalam industri manufaktur modul surya yang membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi.

“Kerja sama antara institusi pendidikan dan riset lokal dengan industri diperlukan untuk meningkatkan kapasitas tenaga kerja dan memastikan transfer teknologi kepada produsen lokal,” tegas Alvin.

Baca juga: Regulasi dan Pendanaan Jadi Tantangan Transisi Energi di Sektor Tenaga Listrik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
LSM/Figur
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
Pemerintah
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
LSM/Figur
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
Swasta
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Pemerintah
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
Pemerintah
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Pemerintah
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau