Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ASA KEBERLANJUTAN

Komitmen MMSGI Menyulap Lahan Pascatambang Jadi Taman Kehidupan di Bumi Mahakam

Kompas.com - 20/09/2024, 14:11 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pagi yang cerah di Mahakam menyambut kehidupan baru di atas tanah yang dulunya gersang.

Di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), lahan-lahan bekas tambang batu bara kini perlahan berubah menjadi hamparan hijau yang menjadi tanda-tanda kehidupan.

Pohon-pohon ulin, bayur, dan trembesi tumbuh subur di atas tanah yang dahulu dikeruk untuk batu bara, sementara suara burung elang dan enggang kembali mengisi langit, tanda alam yang mulai pulih.

Di wilayah-wilayah tersebut, PT Multi Harapan Utama (MHU), di bawah naungan MMS Group Indonesia (MMSGI)—perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batu bara—menjalankan program reklamasi dengan komitmen penuh untuk memulihkan kembali ekosistem yang sempat hilang.

Baca juga: MMSGI Tawarkan Model Sirkular Air di Lanskap Pascatambang

Upaya itu mereka lakukan sebagai bentuk konkret dari komitmen mereka dalam menerapkan upaya-upaya tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang diusung perusahaan melalui visi "Driving Sustainable Way Forward".

Sementara, bagi MHU, keberlanjutan bukan hanya sekadar tujuan, melainkan juga menjadi pondasi penting dalam membangun masa depan yang lebih baik. Ini tercermin dalam tagline "Syncnergy for the Future".

Chief Executive Officer (CEO) MMSGI Sendy Greti mengatakan, melalui program rehabilitasi lahan pascatambang, MMSGI berupaya mengubah lahan yang sebelumnya digunakan untuk kegiatan operasional agar menjadi area produktif dan bermanfaat bagi komunitas setempat.

“Kami percaya bahwa langkah ini tidak hanya membantu menjaga keseimbangan lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang baru bagi masyarakat untuk berkembang. Komitmen tinggi terhadap keberlanjutan menjadi inti dari segala hal yang kami lakukan untuk menciptakan masa depan Indonesia yang tangguh, berkelanjutan, dan lebih hijau,” ujar Sendy.

Baca juga: Wujudkan Komitmen terhadap Pelestarian Lingkungan, MHU-MMSGI Raih Proper Hijau 2023

Melalui semua visi tersebut, baik MHU maupun MMSGI sama-sama bertekad untuk menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat dengan harapan dapat memberikan kontribusi nyata bagi generasi mendatang.

Kehidupan bagi satwa langka

Kawasan Arboretum Busang di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong, Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), jadi contoh komitmen MMSGI dan MHU terhadap prinsip keberlanjutan.

Kawasan yang dulunya merupakan bekas tambang batu bara itu kini telah disulap menjadi kawasan alam yang multifungsi sejak 2018.

Fungsi tersebut mencakup hutan pendidikan dan penelitian, kawasan konservasi, area plasma nutfah, kantong dan koridor satwa, biodiversitas hutan wisata dan ekowisata, serta sumber bibit untuk jenis-jenis tumbuhan lokal.

Proses revegetasi di Arboretum Busang dilakukan dengan metode monokultur atau penanaman tunggal.

Adapun Jenis pohon yang dominan ditanam lewat metode tersebut adalah Acacia mangium, Peronema canescens, Paraserianthes falcataria, Vitex pinnata, dan pohon pionir lain, seperti Gamal.

Kehadiran pohon-pohon tersebut terbukti mampu menarik beragam flora dan fauna, menunjukkan potensi biodiversitasnya yang tinggi.

Pelan tapi pasti, hewan-hewan yang hampir punah pun mulai terlihat kembali di area seluas 16 hektare itu.

Adapun dari sekian banyak hewan, beberapa di antaranya berasal dari satwa avifauna, seperti burung elang enggang, elang bondol, dara laut biasa, burung cabai merah, cabai bunga api, bentet kelabu, cucak kutilang, bangau tongtong, dan pekaka emas.

Kemudian, arboretum itu juga jadi habitat bagi capung langka yang terdiri dari berbagai jenis, mulai dari Camacinia gigantea, Agrionoptera, Macrodiplax cora, Ictinogomphus decoratus, Rrhodothemis rufa, Neurothemis ramburii, Tefrathemis irregularis, Pseudagrion nigrofasciatum, dan Ceriagrion cerinorubellum rhyothemis phyllis.

Dari jenis amfibi, ada pula hewan, seperti Rhacophorus pardalis, Kurixalus appendiculatus, Amnirana nicobariensis, Duttaphrynus melanostictus, Fejervarya limnocharis, Fejervarya cancrivora, Ingerophrynus quadriporactus polypedates, dan Leucomystax.

Untuk jenis reptil yang kembali terlihat, beberapa di antaranya adalah berbagai jenis ular, seperti Dendrelaphis pictus, Pareas carinatus, Enhydris plumbea, dan Dendrelaphis caudolineatus.

Kukang Kalimantan jadi salah satu satwa langka yang hidup pada Arboretum Busang.Dok. MMSGI Kukang Kalimantan jadi salah satu satwa langka yang hidup pada Arboretum Busang.

Namun, dari semua hewan langka yang lalu lalang di Arboretum Busang, kembali terlihatnya kukang Kalimantan (Nycticebus borneanus), yang termasuk dalam daftar spesies terancam punah menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) bisa jadi kabar paling menyenangkan.

Kukang yang sempat menampakkan diri di Arboretum Busang tersebut memiliki ciri tubuh yang pucat, pola pewarnaan wajah sedikit kontras, ujung atas cincin gelap, dan sekeliling matanya berbentuk membundar atau baur di tepinya.

Kukang Kalimantan adalah salah satu primata yang dilindungi oleh hukum karena populasinya terancam oleh perburuan ilegal, hilangnya habitat, dan perdagangan satwa liar. Perlindungan terhadap hewan itu secara khusus diatur melalui keputusan Menteri Pertanian.

MHU berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan hewan-hewan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi alam yang sejalan dengan environmental, social, and governance (ESG).

Sarana belajar dan wisata

Arboretum Busang bukan sekadar taman biasa. Kawasan ini, kini telah menjadi surga biodiversitas bagi banyak makhluk. Bahkan juga telah berfungsi sebagai tempat belajar, penelitian, sekaligus konservasi.

Selain jadi rumah bagi banyak hewan langka, Arboretum Busang juga jadi rumah bagi sekitar 43 spesies tanaman baru dan 79 jenis tanaman herbal dan epifit, termasuk pohon sungkai, jati khas Kalimantan.

MHU juga merancang Arboretum Busang dengan cermat agar dapat menjadi sumber informasi yang komprehensif tentang identifikasi, karakteristik, dan sifat-sifat tumbuhan berkayu.

Arboretum Busang merupakan lahan bekas tambang dari MHU yang kini berhasil disulap menjadi tanah bagi banyak kehidupan.Dok. MMSGI Arboretum Busang merupakan lahan bekas tambang dari MHU yang kini berhasil disulap menjadi tanah bagi banyak kehidupan.

Tak mengherankan jika Arboretum Busang kini menjadi magnet bagi para ilmuwan dan pencinta alam.

Para peneliti rutin mengambil sampel tanaman untuk studi keanekaragaman genetik dan adaptasi terhadap lingkungan.

Selain itu, MHU juga membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk berkunjung sekaligus memperluas wawasan mereka melalui tur, seminar, dan program edukasi yang disediakan.

Kegiatan-kegiatan tersebut MHU harapkan tidak hanya dapat membantu meningkatkan pemahaman masyarakat akan ekologi dan keanekaragaman hayati, tetapi juga menekankan pentingnya upaya konservasi dalam menjaga keseimbangan alam.

Dilihat dari fungsinya, Arboretum Busang telah berhasil menjelma menjadi lebih dari sekadar proyek reklamasi.

Tempat tersebut merupakan bukti nyata bagaimana bekas lahan tambang dapat diubah menjadi pusat pembelajaran, penelitian, dan konservasi yang bernilai tinggi bagi alam dan masyarakat.

Kebermanfaatan bagi semua kehidupan

Selain Arboretum Busang, lahan seluas 4,5 hektare yang dulunya merupakan bekas tambang kini telah menjadi tempat penangkaran rusa sambar dan rusa timor.

Penangkaran tidak hanya bertujuan untuk konservasi, tetapi juga diharapkan menjadi destinasi wisata baru bagi masyarakat di Kutai Kartanegara.

Selain Arboretum Busang, MHU juga mengubah lahan bekas tambangnya jadi tempat penangkaran rusa.Dok. MMSGI Selain Arboretum Busang, MHU juga mengubah lahan bekas tambangnya jadi tempat penangkaran rusa.

MHU telah mengambil langkah progresif yang sejalan dengan prinsip ESG.

Sebab, langkah ini tidak hanya berpotensi meningkatkan kelestarian rusa sambar, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan komunitas setempat.

Dampak tersebut diberikan lewat penciptaan peluang pekerjaan dan memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk membantu mengelola penangkaran.

Bahkan, penangkaran rusa sambar akan dibuka untuk umum sebagai destinasi wisata baru masyarakat di Kutai Kartanegara berbarengan dengan Arboretum Busang.

Pengelolaannya akan diserahkan kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Loa Ipuh Darat dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Sementara itu, terkait proyek sumber air bersih, proyek ini dalam beberapa tahun terakhir, disebutkan mampu mencapai progres yang signifikan.

Pasalnya, MHU telah berhasil mengubah kolam bekas tambang menjadi sumber air yang tidak hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, tetapi juga membantu petani dengan penyediaan air untuk irigasi.

Akses air bersih yang memadai juga berkontribusi langsung terhadap pencegahan masalah kesehatan, terutama stunting yang saat ini menjadi prioritas pemerintah.

Melalui berbagai upaya tersebut, MHU telah menunjukkan komitmen nyata terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

Semua upaya itu mereka lakukan tidak hanya untuk memulihkan alam, tetapi juga menanam benih harapan di hati masyarakat.

Transformasi lahan bekas tambang menjadi arboretum, penangkaran satwa, dan sumber air bersih menunjukkan bahwa industri pertambangan bisa menjadi kekuatan positif dalam pembangunan berkelanjutan di Bumi Mahakam.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau