Sejumlah perusahaan visioner juga tengah menangani permasalahan tersebut. Sebanyak 443 perusahaan atau sekitar 14 persen, menawarkan insentif untuk meningkatkan pengelolaan air di seluruh rantai pasokan kepada para eksekutif senior, termasuk dewan direktur.
Beberapa perusahaan bahkan menyediakan insentif finansial secara langsung untuk kepala bagian atau staf pengadaan barang
"Pihak pembeli dan pemasok barang harus berkolaborasi agar inisiatif keberlanjutan menjadi norma bisnis. Hal tersebut perlu dianggap sebagai daya saing pihak pemasok barang. Jika kita gagal menjawab tantangan ini, dampak finansial dari risiko air pun kian melonjak," tegasnya.
Patricia menegaskan, laporan ini menjadi dasar untuk berbagai perusahaan agar segera menangani permasalahan air dalam rantai pasok barang, serta menawarkan enam langkah penting.
Setiap indikator ini saling terkait meliputi:
"Daya tahan rantai pasok, upaya mengurangi risiko air, serta menjaga perputaran roda ekonomi masih bisa dilakukan," ungkap Patricia.
Baca juga: Kisah Petani yang Berhasil Panen Padi 3 Kali Setahun karena Tercukupinya Pasokan Air
"Namun, mempercepat upaya tersebut secara komprehensif menuntut lebih dari sekadar aksi sukarela. Standarnya harus ditingkatkan agar kita dapat mengejar ketertinggalan," tambahnya.
Dia menegaskan, regulasi yang lebih ketat terkait keterbukaan informasi dan mekanisme pelaporan yang transparan harus tersedia untuk membuat kemajuan.
"Langkah ini menuntut pendekatan kolektif antara kebijakan pemerintah, standar industri, serta partisipasi pemangku kepentingan," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya