Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim: Periode Penularan DBD Bisa Capai 9 Bulan per Tahun

Kompas.com, 26 September 2024, 08:17 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Studi World Resources Institute (WRI) mengungkap bahwa perubahan iklim memperpanjang periode transmisi arbovirus, virus pembawa penyakit yang ditularkan lewat vektor arthropoda, salah satunya nyamuk.

Dalam konteks Indonesia dan banyak negara tropis, hal tersebut berpotensi meningkatkan kerentanan warga pada penyakit-penyakit yang kini sudah menjadi beban, seperti demam berdarah dengue (DBD) dan chikungunya.

WRI menyebut, jika suhu Bumi meningkat sebesar 3 derajat Celsius, maka periode transmisi arbovirus di kota-kota Indonesia bisa mencapai 277 hari. Dengan kata lain, 9 bulan dalam tiap tahunnya warga kota-kota di Indonesia dibayangi risiko DBD.

Dalam studi, WRI melakukan serangkaian pemodelan untuk melihat hari terpanas yang mungkin dicapai, periode kekeringan per tahun, periode optimal penularan malaria, periode optimal penularan arbovirus, dan indikator lainnya.

WRI melakukan pemodelan dengan tiga skenario peningkatan suhu Bumi, yaitu 1,5; 2; dan 3 derajat Celsius. Untuk menentukan periode transmisi arbovirus, WRI melihat rentang suhu optimal pertumbuhan vektor pembawanya.

Dua vektor utama yang dilihat oleh WRI adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Saat ini diketahui bahwa dua spesies nyamuk itu merupakan pembawa penyakit DBD, zika, chikungunya, dan yellow fever.

Ted Wong, pimpinan tim peneliti WRI kepada Kompas.com pada Selasa (24/9/2024) mengatakan, "Kami menemukan bahwa dengan kenaikan 3 derajat Celsius, kota-kota besar di Indonesia bisa menghadapi kenaikan periode transmisi arbovirus sebanyak 43 hari dibanding 1,5 derajat."

Ia menerangkan, dengan skenario kenaikan 1,5 derajat Celsius - yang kemungkinan besar akan terjadi dalam waktu dekat - periode transmisi sudah mencapai 234 hari atau lebih dari 6 bulan. Dengan kenaikan sebesar 3 derajat, lamanya periode transmisi mencapai 277 hari.

WRI menyebut ada tiga kota di Indonesia yang akan mengalami kenaikan periode transmisi arbovirus terbesar. Kota-kota itu adalah Yogyakarta (273 hari), Jember (151 hari), serta Padang (148 hari).

Bersama dengan bencana hidrometeorologi yang berpotensi lebih sering terjadi serta ancaman tenggelamnya beberapa wilayah karena kenaikan muka air laut, penyakit arbovirus berpeluang menambah beban kesehatan dan ekonomi negara.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut, dalam rentang waktu 2020 - 2024, beban negara akibat DBD saja sudah mencapai Rp 31 triliun. Potensi kerugian naik apabila suhu naik dan digabungkan dengan penyakit arbovirus lainnya.

Wolbachia dan Perubahan Iklim

Langkah inovatif penanggulangan DBD telah dilakukan, salah satunya penggunaan bakteri Wolbachia. Bakteri yang diinokulasikan dalam tubuh nyamuk dan diturunkan secara vertikal ke anakannya itu akan menghambat perkembangan arbovirus sehingga bisa menekan kasus DBD.

Prof Adi Utarini dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada yang meneliti pemakaian Wolbachia untuk pengendalian DBD di Indonesia mengatakan bahwa riset selama ini dilakukan dengan beragam strain bakteri.

Strain bakteri yang digunakan di Indonesia dan Vietnam sama, yaitu wMel. "Pada suhu sangat ekstrem di Meksiko, peneliti menggunakan strain berbeda (Wb-redaksi)," kata Utarini kepada Kompas.com saat dihubungi Rabu (25/9/2024).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pendidikan dan Digitalisasi Jadi Motor Pembangunan Manusia di Kalimantan Tengah
Pemerintah
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
Climate Policy: Pangkas Emisi Tak Cukup dengan Jualan Karbon
LSM/Figur
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
COP30: Peta Jalan untuk Hentikan Iklan Bahan Bakar Fosil Disepakati
Pemerintah
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
Ciptakan Lingkungan Kerja yang Bahagiakan Pegawainya, PLN Raih Sertifikasi Great Place to Work 2025
BUMN
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Perusahaan Terbesar Dunia Lanjutkan Target Nol-Bersih Usai Sempat Berhenti
Swasta
Hadapi 'Triple Planetary Crisis', Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
Hadapi "Triple Planetary Crisis", Uni Eropa Gandeng ASEAN Lestarikan Hutan Mangrove
LSM/Figur
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
Permintaan AC Diprediksi Meningkat Tiga Kali Lipat pada Tahun 2050
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau