KOMPAS.com - Arsitek asal Islandia, Arnhildur Palmadottir, mengusulkan agar lava dimanfaatkan sebagai bahan bangunan berkelanjutan.
Usulan tersebut akan dikemas dalam proyek bernama Lavaforming dan akan dipresentasikan Palmadottir dari studio arsitek s.ap architects di Venice Architecture Biennale, Italia, pada 2025.
Dilansir dari Euronews, Jumat (13/9/2024), studio arsitek tersebut mengkhususkan diri dalam keberlanjutan dan sirkularitas dalam konstruksi.
Baca juga: Konsumen Mau Bayar 9,7 Persen Lebih Mahal untuk Barang Berkelanjutan
Usulan Palmadottir dan timnya tersebut berangkat dari kondisi geologis Islandia yang terletak di celah antara dua lempeng tektonik.
Kondisi tersebut menyebabkan aktivitas seismik dan vulkanik sering terjadi, termasuk terciptanya aliran lava yang luas.
Sepanjang sejarah, aktivitas vulkanik di negara tersebut tersebut dianggap sebagai ancaman lokal bagi masyarakat.
Dengan mengubah paradigma lava dari ancaman lokal menjadi sumber daya yang berharga, Palmadottir mengungkapkan usulan tersebut bisa menjadi sebuah solusi.
Baca juga: Andrea Brown, Promosikan Daur Ulang dan Pengelolaan Material Berkelanjutan
Palmadottir menyebutkan, proyek Lavaforming yang dia gagas bersama timnya bercerita bahwa tahun 2150 lava bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
"Tujuan utama Lavaforming adalah untuk menunjukkan bahwa arsitektur dapat menjadi kekuatan yang memikirkan kembali dan membentuk masa depan baru dengan keberlanjutan, inovasi, dan pemikiran kreatif," ucap Palmadottir.
Proyek Lavaforming yang akan dipresentasikan di Venice Architecture Biennale tersebut memang masih berupa proposal teoritis.
Meski baru menjadi proposal teoritis, Palmadottir memiliki visi ambisius terkait pemanfaatan lava sebagai bahan bangunan berkelanjutan.
Baca juga: 2 Bandara RI Ini Ditarget Implementasikan Bahan Bakar Berkelanjutan
Palmadottir menuturkan, lava dapat mengandung cukup banyak material bangunan sebagai bahan fondasi, tanpa perlu ditambang.
"Tema tersebut merupakan proposal sekaligus metafora - arsitektur sedang mengalami pergeseran paradigma, dan banyak metode kita saat ini dianggap usang atau berbahaya dalam jangka panjang," ucap Palmadottir.
"Dalam kesulitan yang kita hadapi saat ini, kita perlu bersikap berani, berpikir dengan cara baru, melihat tantangan, dan menemukan sumber daya yang tepat," sambungnya.
Baca juga: Perdana, Pertamina Pasok Bahan Bakar Berkelanjutan untuk Pesawat Australia
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya