KOMPAS.com - Tingkat kelaparan Indonesia tertinggi nomor dua di kawasan Asia Tenggara menurut laporan Global Hunger Index (GHI) 2023.
Dalam laporan tersebut, Indonesia memperoleh skor 17,6 alias masuk dalam kategori kelaparan sedang.
Ada lima kategori skor dalam GHI. Semakin kecil skornya, tingkat kelaparannya semakin rendah.
Baca juga: Zimbabwe dan Namibia Buru Ratusan Gajah untuk Warganya yang Kelaparan
Kelima kategori kelaparan dalam GHI adalah rendah, sedang, serius, mengkhawatirkan, dan sangat mengkhawatirkan.
Skor di bawah 9,9 poin masuk kategori rendah dan skor 10 poin sampai 19,9 poin masuk kategori sedang.
Sedangkan skor 20 poin sampai 34,9 poin kategori serius, skor 35 poin sampai 49,9 poin kategori mengkhawatirkan, dan skor di atas 50 poin kategori sangat mengkhawatirkan.
Skor Indonesia dalam GHI 2023 mengalami perbaikan dibandingkan tahun 2000, 2007, 2014, dan 2022 yakni secara berurutan 26,1 poin, 29,1 poin, 22,2 poin, dan 17,9 poin.
Baca juga: Atasi Kelaparan, BNPB Bangun Gudang Makanan di Papua Tengah
Di level Asia Tenggara, Timor Leste menempati peringkat petama sebagai negara tingkat kelaparan tertinggi.
Dalam GHI 2023, negara tersebut mendapatkan skor 29,9 alias masuk kategori mengkhawatirkan.
Sedangkan tingkat kelaparan terendah dari delapan negara Asia Tenggara adalah Thailand dengan skor 10,4 poin.
Berikut tingkat kelaparan di sembilan negara di Asia Tenggara menurut GHI 2023.
Baca juga: Indonesia Masuk Tingkat Kelaparan Kategori Sedang, DBS Donasi Pangan
Di level dunia, Indonesia menempati peringkat ke-77 dari 125 negara.
GHI menghitung skor di setiap negara dengan menggabungkan empat indikator yang mencerminkan sifat kelaparan yang multidimensional.
Secara keseluruhan, keempat indikator tersebut mencerminkan situasi defisiensi kalori dan mirkonutrien.
Keempat indikator tersebut adalah kondisi kurang gizi, anak stunting, anak bertubuh kurus, dan kematian anak.
Kondisi kurang gizi mengukur jumlah penduduk yang asupan kalorinya tidak mencukupi.
Baca juga: Indonesia Peringkat 3 Skor Kelaparan Tertinggi di Asia Tenggara
Anak stunting menghitung jumlah bayi di bawah usia lima tahun (balita) yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata yang mencerminkan kekurangan gizi kronis.
Anak bertubuh kurus menghitung jumlah balita yang memiliki berat badan rendah dibandingkan tinggi badannya yang mencerminkan kekurangan gizi akut.
Kematian Anak menghitung jumlah bayi yang meninggal sebelum berusia lima tahun yang disebabkan oleh kombinasi gizi buruk dan lingkungan yang tidak sehat.
Baca juga: Laporan SDGs 2022: 1 dari 10 Orang di Dunia Menderita Kelaparan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya