KOMPAS.com - Peneliti untuk pertama kalinya memberikan perhitungan yang jelas bagi berbagai pihak untuk mengatasi polusi plastik di laut.
Peneliti dari Universitas Kyushu, Chisa Higuchi, menyatakan bahwa minimal harus ada pengurangan 32 persen pembuangan sampah plastik pada tahun 2035 untuk mencegah kerusakan laut lebih lanjut.
Polusi plastik di laut sendiri telah menjadi masalah di dunia dan jika tidak dilakukan intervensi yang cukup besar, situasinya hanya akan bertambah buruk.
Baca juga: Daur Ulang Plastik Bikin Shiva Diganjar SDG Pioneers 2024 dari PBB
Pada tahun 2022, tim peneliti melaporkan bahwa sekitar 25,3 juta metrik ton sampah plastik telah memasuki lautan dan hampir dua pertiganya tidak dapat dipantau.
"Penelitian kami berfokus pada pelacakan ke mana sampah plastik pergi setelah dibuang ke sumber air seperti sungai dan lautan," kata Chisa Higuchi, penulis pertama penelitian dan Peneliti Pascadoktoral di lab Isobe.
Dalam studi ini, peneliti lantas menggunakan model komputer untuk melacak bagaimana plastik bergerak dan terurai seiring waktu.
Mengutip Phys, Kamis (26/9/2024) plastik berukuran besar dapat dikumpulkan dengan lebih mudah.
Namun ketika ukurannya menjadi lebih kecil dari 5 mm, plastik tersebut dikategorikan menjadi mikroplastik yang membuatnya lebih sulit untuk dikumpulkan dan hewan laut mungkin memakannya.
Baca juga: Kebocoran Sampah Plastik di Laut Bikin Rugi Negara Rp 225 Triliun
Jadi peneliti pun mempelajari berapa lama waktu yang dibutuhkan berbagai jenis plastik untuk terurai menjadi partikel yang lebih kecil.
Selain itu, mereka mengumpulkan data dari rute emisi plastik dari sungai dan sumber daya lain yang menuju ke lautan.
"Peta yang kami hasilkan menunjukkan skenario tentang kapan dan di mana plastik akan berakhir," ungkap Higuchi.
Menurut studi tersebut, mengurangi sampah plastik yang masuk ke lautan hingga 32 persen atau setara dengan 8,1 juta ton pada tahun 2035 akan menghasilkan 50 persen lebih sedikit plastik di lautan pada 2050.
Efeknya bahkan lebih terasa di daerah yang sangat tercemar seperti Laut Kuning dan Laut Cina Timur.
"Tentu saja kita perlu melakukan lebih dari sekedar membersihkan polusi yang ada. Kita harus mengurangi sampah plastik baru yang masuk ke lautan dan sungai kita," papar Higuchi lagi.
Baca juga: Mesin Daur Ulang BCA Kumpulkan 4.400 Sampah Botol Plastik di BCA Expo 2024
Peneliti mengungkapkan pula, target dapat dicapai jika kita menggunakan strategi seperti meningkatkan pengelolaan sampah, mempromosikan alternatif yang dapat digunakan kembali dan meningkatkan kesadaran publik.
"Banyak orang mungkin pesimis ketika mendengar tentang masalah sampah plastik yang terus terjadi dalam kehidupan kita. Namun saya tetap optimis kita dapat menemukan jalan keluar dari kesulitan ini," tambahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya