KOMPAS.com – Perusahaan marketplace Amazon dan sejumlah perseroan lain membeli carbon credit atau sertifikat karbon pengimbang emisi yang berasal dari program konservasi hutan hujan Amazon di Negara bagian Para, Brasil.
Total transaksi pembelian sertifikat karbon tersebut senilai 180 juta dollar AS (Rp 2,7 triliun) melalui inisiatif konservasi hutan LEAF Coalition, yang didirikan pada 2021 bersama sekelompok perusahaan dan sejumlah negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Enam perusahaan yang terlibat dalam pembelian sertifikat karbon tersebut adalah Amazon, Bayer, konsultan BCG, Capgemini, H&M, dan Walmart Foundation.
Baca juga: 40 Persen Hutan Amazon yang Penting Masih Belum Terlindungi
Keenam perusahaan tersebut secara kolektif akan membeli 5 juta sertifikat karbon dengan harga 15 dollar AS per sertifikat, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (25/9/2024).
Setiap kredit mewakili pengurangan 1 metrik ton emisi karbon dari pengurangan penggundulan hutan Amazon di Negara Bagian Para pada 2023 hingga 2026.
7 juta sertifikat karbon sisanya akan dibeli oleh beberapa perusahaan lain. Pemerintah AS, Inggris, dan Norwegia telah menjamin sebagian dari sertifikat karbon tersebut dan akan membelinya jika perusahaan tidak melakukannya.
Kesepakatan tersebut juga merupakan kesepakatan pertama LEAF Coalition di Amazon, hutan hujan terbesar di dunia yang sangat penting untuk melawan perubahan iklim karena gas rumah kaca (GRK) yang diserap pepohonannya sangat besar.
Gubernur Para Helder Barbalho mengumumkan kesepakatan tersebut pada Selasa (24/9/2024) dalam rangkaian New York Climate Week di AS.
Baca juga: Deforestasi Amazon di Brasil Catatkan Rekor Terendah Sejak 2016
Barbalho mengatakan, Pemerintah Negara Bagian Para hanya mendapatkan sebagian dari hasil penjualan sertifikat karbon tersebut untuk melanjutkan upayanya dalam mengurangi emisi GRK.
Sementara sisa penjualan sertifikat karbon akan diberikan kepada masyarakat adat, komunitas lokal, serta pertanian keluarga.
"Jelas ini mengirimkan pesan penting: sebuah perusahaan dengan nama yang merujuk pada hutan Amazon melakukan pembelian pertamanya dengan negara bagian di hutan Amazon," kata Barbalho kepada Reuters.
Amazon mengonfirmasi pembelian tersebut dalam sebuah pernyataan. Perusahaan tersebut menekankan pentingnya pelestarian hutan tropis dalam mengatasi perubahan iklim.
Di sisi lain, ketika permintaan sertifikat karbon secara global telah mandek, raksasa teknologi seperti Microsoft, Meta, dan Google telah melakukan pembelian pengimbang emisinya di Brasil tahun ini.
Baca juga: Kabar Baik, Deforestasi di Amazon Kolombia Turun 36 Persen
Negara Bagian Para sendiri akan menjadi tuan rumah KTT iklim COP30 PBB tahun depan alias 2025.
Para sempat menjadi negara bagian dengan penggundulan hutan tertinggi sejak 2005, meskipun kerusakan telah menurun di sana sejak 2021.
Dari Januari hingga Agustus tahun ini, hutan dengan luas lebih dari New York City telah habis dibabat. Meski demikian, angka tersebut menurun 20 persen dari deforestasi tahun lalu.
Dalam Barbalho mengatakan dalam New York Climate Week bahwa pada 2026 pemerintah negra bagian akan memiliki keterlacakan lengkap mengenai rantai pasokan ternak, pendorong utama deforestasi di Para.
Baca juga: Tingkatkan Reboisasi Amazon, Bank Dunia Bakal Terbitkan Obligasi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya