KOMPAS.com - Dari seluruh kawasan hutan hujan Amazon, ada wilayah-wilayah hutan yang memiliki memiliki pohon-pohon terbesar, terpadat, dan tutupan kanopi yang paling berkelanjutan.
Wilayah-wilayah tersebut menyerap dan menyimpan karbon paling banyak sehingga penting untuk melawan perubahan iklim.
Akan tetapi, Hampir 40 persen wilayah tersebut belum mendapatkan perlindungan khusus dari pemerintah setempat.
Baca juga: Deforestasi Amazon di Brasil Catatkan Rekor Terendah Sejak 2016
Temuan tersebut dirilis berdasarkan analisis dari lembaga nirlaba Amazon Conservation, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (11/9/2024).
Wilayah-wilayah hutan Amazon yang belum terlindungi tersbebut tersebar di Peru, ujung timur laut Brasil, Guyana Perancis, dan Suriname.
Matt Finer dari Amazon Conservation mengatakan, apabila wilayah tersebut rusak karena kebakaran atau penebangan, maka gas rumah kaca (GRK) bervolume besar akan lepas ke atmosfer dan memperparah pemanasan global.
"Itu benar-benar memberikan peta jalan keseluruhan dalam hal beberapa wilayah dengan karbon tertinggi yang penting untuk dilindungi," kata Finer.
Baca juga: Kabar Baik, Deforestasi di Amazon Kolombia Turun 36 Persen
Finer menyampaikan, data tersebut menunjukkan wilayah-wilayah Amazon yang masih "murni" dan yang masih tersisa.
Amazon Conservation menganalisis data tersebut dari perusahaan pencitraan satelit, Planet, yang menggunakan laser untuk mendapatkan gambar tiga dimensi hutan dan menggabungkannya dengan analisis machine-learning.
Hasil analisis menunjukkan, 61 persen wilayah dengan penyimpanan karbon tinggi dilindungi sebagai cagar alam adat atau lahan terlindungi lainnya, sisanya umumnya tidak memiliki perlidungan resmi.
Di Brasil, Suriname, dan Guyana Prancis, tingkat perlindungan lebih rendah di mana hanya 51 persen dari wilayah dengan serapan karbon tinggi ditetapkan sebagai kawasan pelestarian.
Baca juga: Tingkatkan Reboisasi Amazon, Bank Dunia Bakal Terbitkan Obligasi
Peru melindungi sebagian besar area kritisnya, tetapi beberapa di antaranya yang tidak dilindungi telah ditetapkan untuk penebangan.
Bulan lalu, data analisis menujukkan Amazon mengandung 71,5 miliar ton karbon, kira-kira dua kali lipat emisi karbon dioksida global untuk tahun 2022.
Analisis itu menunjukkan bahwa Amazon menyerap lebih banyak karbon daripada yang dilepaskannya dalam dekade menjelang tahun 2022, sebuah sinyal positif bagi iklim dunia.
Tetapi temuan tersebut dibantah oleh penelitian lain yang menunjukkan Amazon telah berubah menjadi sumber emisi karena kebakaran hutan dan alihfungsi lahan.
Baca juga: Amazon Dekati Ambang Kritis, Dunia Terancam Kenaikan Suhu
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya