"Teknologi ini berpotensi merevolusi pengolahan air limbah, menjadikannya lebih aman dan lebih berkelanjutan bagi masyarakat di seluruh dunia," terang Tzanakis.
Ketika reaktor kavitasi hidrodinamik yang ramah lingkungan dan hemat energi diuji di pabrik pengolahan air limbah Hammarby Sjöstad di Swedia, hasilnya pun jauh lebih baik dari yang diharapkan.
Reaktor tersebut mencapai tingkat degradasi hampir 36 persen dari 11 varian PFAS umum hanya dalam 30 menit dan tidak memerlukan bahan kimia tambahan.
"Hasilnya mengesankan. Kami tidak menyangka tingkat pemrosesan PFAS seperti itu dalam waktu yang sesingkat itu. Kami sekarang sedang mengeksplorasi mekanisme dasar penghilangan PFAS secara mendalam untuk mengendalikan dan mengoptimalkan proses dengan lebih baik," ungkap Dr. Morteza Ghorbani, peneliti lain yang terlibat dalam studi.
Baca juga: Citizen Science Mulai Didorong untuk Riset Perairan
Langkah selanjutnya adalah meningkatkan reaktor untuk mengolah air limbah yang mengandung PFAS dalam volume yang lebih besar.
Peneliti pun menargetkan untuk mengolah air limbah mengandung PFAS dengan volume 20 liter kemudian disusul dengan volume hingga 200 liter di pabrik pengolahan air limbah di Swedia.
"Kami ingin memastikan teknologi ini siap untuk pengolahan air limbah yang sebenarnya dalam waktu dekat," tambah Ghorbani.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya