SUBANG, KOMPAS.com - Tanaman mangrove memiliki banyak sekali manfaat, termasuk menahan abrasi di pesisir pantai. Jika dikelola dengan baik, tanaman yang dikenal dengan nama bakau ini juga turut membantu perputaran ekonomi masyarakat.
Manfaat mangrove sudah terbukti dan dirasakan di berbagai daerah pesisir, salah satunya di Desa Mayangan, yang berlokasi di Kecamatan Legon Kulon, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Dulunya, Desa Mayangan melakukan budidaya tambak dan mangrove. Namun, sejak 2004 desa ini diterjang oleh banjir rob dan abrasi yang menyebabkan daratan tenggelam.
Baca juga:
Namun perlahan, desa ini mulai mengintensifkan penanaman mangrove untuk dijadikan pelindung utama bagi desa.
"Mangrove itu ibarat benteng desa kami. Saat rob menabrak mangrove, dampaknya langsung berkurang dan tidak sampai ke pemukiman warga," ujar Kepala Desa Mayangan, Darto, saat ditemui di lokasi, Kamis (10/10/2024).
Sejak 2006 hingga 2009, kata Darto, garis pantai di area pesisir Subang yang mundur akibat abrasi bisa mencapai hingga 1,5 kilometer. Angka itu berdasarkan data yang disampaikan oleh Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung atau Wanadri.
"Dari tahun 1978, tiap kami lewat sini, kami rasakan makin lama makin ke sini kondisi hutan mangrove yang kami lewati itu kelihatannya semakin rusak. Kemudian abrasinya semakin banyak, dan ada banjir rob yang masuk ke rumah-rumah penduduk," ujar Ketua Divisi Lingkungan Yayasan Wanadri, Feby Nugraha.
Feby mengungkapkan, penanaman mangrove yang dilakukan pihaknya sejak 2015 di Desa Mayangan, diharapkan bisa menahan laju abrasi.
"Mangrove ini banyak manfaatnya. Selain jadi untuk ekosistem pesisir, menahan abrasi, dan tempat berkembang biaknya biota laut mulai dari ikan, kepiting bertelur di sana," tambah dia.
Tak hanya itu, mangrove juga berperan membantu perputaran ekonomi di Desa Mayangan. Darto menjelaskan, dari adanya penanaman mangrove yang dikelola menjadi tempat wisata sekaligus edukasi, warga setempat ikut memperoleh keuntungan.
Baca juga:
"Sejak dikelola Bumdes pada 2022, ada tiket masuk Rp 5.000, lalu perahu pulang-pergi Rp 15.000 oer orang. Rencana ke depannya, meski belum jalan, kami juga membuat program bagi pengunjung yang mau tanam mangrove. Ini perputaran ekonomi karena bibitnya dari warga," ujar Darto.
Saat ini, pengunjung yang ingin sekedar menanam mangrove, bisa membeli bibit seharga Rp 2.500 per buah. Namun, untuk mengikuti program pemeliharaan "Wali Asuh Mangrove" yang akan diaktifkan ke depan, ada biaya Rp 25.000 per orang.
Sejak tahun 2015, Feby menjelaskan bahwa Wanadri mulai menjalankan program penanaman mangrove di Desa Mayangan. Namun, pihaknya menyadari bahwa penanaman saja tidak cukup.
Oleh karena itu, program "Wali Asuh Mangrove" diluncurkan oleh Kompas.com. Program ini tidak hanya fokus pada penanaman, tetapi juga perawatan mangrove selama dua tahun.
"Kalau hanya tanam mangrove saja, tanpa dipelihara ya bisa 2-3 bulan hilang (karena diganggu hewan dan alasan lain)," terangnya.
Melalui program ini, Wanadri mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi, mulai dari masyarakat, mahasiswa, ormas, pemerintah, hingga dunia usaha.
Baca juga:
Selain program penanaman, Wanadri juga meluncurkan Integrated Coastal Development Program (ICDP), yang mencakup konservasi serta pengembangan masyarakat setempat.
Dengan upaya tersebut, mereka melibatkan masyarakat sekitar, terutama dalam program pemberdayaan UMKM dan pelatihan untuk relawan Patroli Pesisir.
Relawan tersebut dikenal dengan nama Patroli Siput (Siaga Pesisir Utara), yakni pemuda-pemuda lokal yang diberikan pengetahuan tentang lingkungan dan mitigasi bencana.
"Saat ini, kami juga diberikan lahan oleh Perhutani seluas 192 hektare. Untuk apa? Untuk ditanami kembali, untuk dihijaukan. Nah hijaukannya bagaimana, pohonnya gimana, pemeliharaannya gimana? Karena itu kami mengajak kolaborasi pihak-pihak yang peduli, agar bisa terus berkelanjutan," pungkas Feby.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya