KOMPAS.com-Tingkat emisi karbon tahunan akibat degradasi stok karbon di hutan mangrove diprediksi meningkat hampir 50.000 persen menjelang akhir abad ini.
Hutan mangrove di wilayah seperti India selatan, Tiongkok tenggara, Singapura dan Australia timur disebut peneliti sebagai wilayah yang terdampak.
Hutan mangrove diketahui menyimpan sejumlah besar karbon, terutama di tanahnya. Tanaman ini menangkap karbon di atmosfer selama fotosintesis dan menyimpannya dalam akar dan tanah sehingga mengurangi jumlah CO2 yang ada di atmosfer.
Baca juga: Sederet Manfaat Mangrove: Untungkan Manusia hingga Atasi Perubahan Iklim
Namun pembangunan manusia di wilayah tersebut telah menyebabkan degradasi stok atau simpanan karbon ini.
Mengutip Science Daily, Rabu (9/10/2024) selama 20 tahun terakhir, sejumlah besar hutan mangrove telah digantikan oleh pertanian, akuakultur, dan pengelolaan lahan perkotaan yang menyebabkan stok karbon mangrove global menurun hingga 158,4 juta ton.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Environmental Research Letters, peneliti fokus pada hubungan antara kepadatan populasi manusia dan stok karbon tanah di hutan mangrove perkotaan untuk mengukur peran dalam anggaran karbon global.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika kepadatan populasi manusia mencapai 300 orang/km2, karbon yang tersimpan di tanah bakau di dekat daerah berpenduduk diperkirakan 37 persen lebih rendah daripada hutan mangrove yang terisolasi.
Baca juga: Komitmen Netral Karbon, Kompas.com akan Tanam 5.000 Mangrove di Subang
Pada saat yang sama, tingkat emisi karbon tahunan dari hilangnya hutan mangrove saat ini diperkirakan sebesar 7,0 Teragram dan meningkat sejalan dengan peningkatan kepadatan populasi menjadi 3.392 Teragram pada akhir abad ini.
Hutan mangrove hanya menutupi 0,1 persen permukaan daratan Bumi namun memainkan peran penting dalam menyediakan habitat satwa liar dan mengatur stabilitas iklim global.
Hutan mangrove ini menyimpan sejumlah besar karbon, terutama di tanahnya dan sangat penting untuk mengatur siklus karbon dalam skala global.
Baca juga: Mengintip Pemanfaatan Mangrove sebagai Ekowisata di Bali Barat
Tanah mangrove mengandung tiga hingga empat kali massa karbon yang biasanya ditemukan di hutan boreal, beriklim sedang, atau tropis.
Jadi tak heran keberadaan hutan mangrove sangat penting untuk mengatur penyerapan karbon.
"Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya melindungi hutan bakau yang ada, terutama di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi," ungkap Jennifer Krumins, Profesor Biologi di Montclair State University.
"Penting bagi kita untuk melindunginya. Langkah pertama adalah memahami dampak populasi dan aktivitas terhadap stok karbon hutan bakau," katanya lagi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya