Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kompas.com, 11 Oktober 2024, 12:36 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

SUBANG, KOMPAS.com - Desa Mayangan di Legonkulon, Subang, Jawa Barat, dulu dikenal sebagai desa tambak dengan kekayaan hasil ikan dan udang. Namun, sejak 2004, kondisi desa berubah drastis akibat rob berkepanjangan hingga menenggelamkan ratusan hektare lahan di desa tersebut.

Kepala Desa Mayangan, Darto mengatakan, sejak 2006 hingga 2009, abrasi parah terjadi dan banjir rob melanda rumah-rumah warga sehingga menyebabkan tambak dan lahan warga tenggelam. 

"Akibat dampak dari rob yang tidak ada surutnya, mangrove yang tumbuh di sekitar tambak itu pada mati. Sekarang pun abrasinya itu sampai ke perbatasan pekarangan warga," ujar Darto saat ditemui di Desa Mayangan, Kamis (10/10/2024).

 Baca juga: Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Desa yang berada di pesisir utara Pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa ini, kata dia, menjadikan tempatnya rentan dengan ancaman abrasi. 

Banjir rob dan abrasi yang terjadi mampu memisahkan Desa Mayangan dan Pulau Burung, yang tadinya satu daratan, menjadi terpisah sekitar 1,5 kilometer. 

Tak hanya itu, ia mengungkapkan, sangat besar dampak yang dirasakan masyarakat sekitar. Mulai dari rumah terendam banjir, kerugian sumber daya karena peralatan rumah tangga yang rusak, hilangnya hasil dari tambak, hingga rusaknya sawah yang berguna untuk pangan sehari-hari. 

Kondisi tersebut mendorong warga Desa Mayangan untuk memulai inisiatif penanaman mangrove sejak tahun 2013.

Baca juga: Kepiluan Warga Pesisir Aceh Utara saat Abrasi Menerjang…

"Berawal dari 2013, kolaborasi tokoh masyarakat, salah satunya Abah Carwita. Terus kolaborasi sama mahasiswa Wanadri juga, dari 2013 sampai sekarang, korporasi dan lembaga terkait," imbuhnya. 

Mangrove sebagai benteng perlindungan

Kepala Desa Mayangan, Darto, saat menyampaikan sambutan pembukaan acara penanaman 5.000 mangrove oleh Kompas.com di Desa Mayangan, Subang, Jawa Barat, Kamis (10/10/2024).KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Kepala Desa Mayangan, Darto, saat menyampaikan sambutan pembukaan acara penanaman 5.000 mangrove oleh Kompas.com di Desa Mayangan, Subang, Jawa Barat, Kamis (10/10/2024).

Ia menjelaskan, saat itu, pihak sesepuh kampung berinisiatif melakukan penanaman mangrove, dengan tujuan untuk melindungi desa dari abrasi yang semakin parah.

"Mangrove itu ibarat benteng desa kami. Saat rob menabrak mangrove, dampaknya langsung berkurang dan tidak sampai ke pemukiman warga," ujar Kades Darto.

Hingga kini, menurutnya, sekitar 400 hektar hutan mangrove telah berhasil dipertahankan, meski masih ada sekitar 300 hektar yang belum tertanam kembali.

Baca juga: Kompas.com Ajak Korporasi Peduli Bumi Lewat Program Wali Asuh Mangrove

Kendati demikian, masih ada tantangan besar dalam penanaman mangrove seperti pertumbuhannya yang sangat lambat, hingga gangguan dari kepiting yang merusak tanaman.

Untuk mengatasinya, kata Darto, masyarakat secara rutin melakukan penyulaman, yaitu mengganti mangrove yang mati dengan yang baru. Secara rutin, komunitas kolaborator seperti Wanadri maupun warga sekitar melakukan pemeriksaan ke area mangrove. 

"Jadi (mangrove) yang mati diganti, diganti yang baru. Terus seperti itu berkelanjutan. Biasanya dicek seminggu sekali, atau 10 hari sekali," terangnya. 

Oleh karena itu, ia menjelaskan, program "Wali Asuh Mangrove" yang digagas Wanadri menjadi salah satu solusi tepat. Sebab, relawan yang menanam mangrove juga harus merawat dan melindungi tanaman tersebut selama dua tahun, sebelum bisa berdiri secara kuat. 

Baca juga: Lewat Program SMART, CIFOR Restorasi Mangrove Sambil Berdayakan Masyarakat

Penanaman mangrove di Desa Mayangan, bisa menjdi contoh bagaimana kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan berbagai organisasi dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan serta melindungi desa dari ancaman abrasi yang semakin parah.

"Makanya kami inisiatif mengajak semua pihak untuk nanam mangrove di desa kami. Karena harus banyak pihak yang terlibat di desa, khawatir desa kami nanti habis, mudah-mudahan terus berkelanjutan," pungkasnya. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
Banjir Sumatera dan Ancaman Sunyi bagi Perempuan, Belajar dari Pengalaman dalam Bencana Likuefaksi di Sulawesi
LSM/Figur
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Warga Bantu Warga, JNE Percepat Distribusi 500 Ton Bantuan ke Sumatera
Swasta
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
Pasar Software Akuntansi Karbon Diprediksi Meroket sampai 2033
LSM/Figur
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Kemenhut Segel Lagi 3 Entitas di Tapanuli Selatan, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
Suhu Laut Naik akibat Perubahan Iklim Bikin Siklon di Asia Makin Parah
LSM/Figur
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
Bahan Kimia Sintetis Dalam Pangan Ciptakan Beban Kesehatan 2,2 Triliun Dollar AS Per Tahun
LSM/Figur
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Pendanaan Hijau Diproyeksikan Naik Tahun 2026, Asal..
Swasta
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Longsor di Hulu DAS Padang dan Agam, Kemenhut Lakukan Kajian Mendalam
Pemerintah
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
BEI Sebut Investasi Berbasis ESG Naik 194 Kali Lipat dalam 1 Dekade Terakhir
Pemerintah
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Perkuat Digital Nasional, TIS Kembangkan Kabel Laut TGCS-2 Jakarta–Manado
Swasta
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
EIB Global dan Uni Eropa Bersihkan Sampah Laut di Kepulauan Seribu
LSM/Figur
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
Panas Ekstrem Bikin 8.000 Spesies Terancam Punah, Amfibi dan Reptil Paling Rentan
LSM/Figur
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
Masyarakat Sipil Desak Prabowo Tetapkan Status Bencana Nasional di Sumatera
LSM/Figur
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
DAS Kuranji di Sumatera Barat Melebar hingga 150 Meter Usai Banjir, Ini Penjelasan Kemenhut
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Bibit Siklon Tropis 91S Muncul di Samudera Hindia, Apa Dampaknya untuk Sumatera?
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau