KOMPAS.com - Masyarakat pesisir masih menghadapi tantangan kemiskinan yang signifikan. Padahal, mereka seharusnya menjadi aktor utama dalam ekonomi biru.
Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) R Hendrian dalam kegiatan pengembangan kompetensi tim efektif dalam rangka pelaksanaan proyek perubahan "Kolaborasi Strategis Pemanfaatan Riset dan Inovasi untuk Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Pesisir" di Ruang Jirap Gedung BJ Habibie, Jakarta, Kamis (17/10/2024).
Untuk mengatasi tantangan yang ada, dibutuhkan kolaborasi strategis dalam memanfaatkan riset dan inovasi untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir.
Baca juga: CarbonEthics Raup Rp 31,8 Miliar Kembangkan Karbon Biru
Hendrian juga mengajak para peserta untuk mendiskusikan berbagai hal, termasuk arah dan kebijakan ekonomi biru di Indonesia serta strategi penguatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam mendorong ekonomi biru.
Dia meyakini, UMKM memegang peranan penting dalam keberhasilan implementasi ekonomi biru.
"Upaya ini tidak akan berhasil tanpa kolaborasi yang baik antara berbagai pihak, termasuk kementerian, akademisi, industri, dan NGO (non-government organization)," papar Hendrian.
Dia berharap, kegiatan tersebut dapat memperkuat komunikasi dan kemitraan antar pihak untuk mendorong pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pemanfaatan riset dan inovasi.
Baca juga: Mangrove dan Padang Lamun Berpotensi Jadi Gudang Karbon Biru RI
Rektor Universitas Mataram Bambang Hari Kusumo menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengembangan sektor ini.
Dia menjelaskan bahwa Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki kekayaan sumber daya laut yang melimpah, termasuk lobster, udang, rumput laut, dan mutiara.
"Kami mengandalkan ekonomi hijau dan biru, namun saat ini fokus kami adalah pada ekonomi biru. Potensi NTB luar biasa, dan kita akan bekerja sama dalam mengembangkannya," ucap Bambang.
Bambang juga mencatat adanya peningkatan jumlah restoran yang menyajikan kepiting, berkat keberhasilan penanaman mangrove di wilayah tersebut.
"Dulu, saat saya kecil, tidak banyak restoran. Sekarang sudah banyak, dan ini memberikan pilihan bagi masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Pengertian Karbon Biru dan Potensinya
Namun, Bambang juga mengakui tantangan yang dihadapi para pelaku industri perikanan.
Ia menyebutkan, tingginya biaya listrik menjadi beban bagi nelayan. Dia menyarankan pengembangan kincir angin tenaga surya untuk mengurangi biaya operasional.
"Inovasi ini diharapkan bisa membantu meningkatkan pendapatan mereka," paparnya.
Bambang juga menekankan pentingnya regulasi untuk mencegah overfishing dan menjaga kesejahteraan nelayan kecil.
"Kita perlu melindungi mereka dengan regulasi yang tepat, agar potensi sumber daya laut bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan," tutur Bambang.
Baca juga: Dukung Mitigasi Perubahan Iklim, Pemerintah Perkuat Ekosistem Karbon Biru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya