Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konservasi Lingkungan Berpotensi Tingkatkan 10 Persen Populasi Ikan di Terumbu Karang

Kompas.com - 09/10/2024, 19:30 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Penelitian baru dari University of Sydney menunjukkan bahwa upaya konservasi internasional mampu meningkatkan sekitar 10 persen populasi ikan yang hidup di terumbu karang.

Temuan ini didapat setelah peneliti mempelajari data survei ikan di hampir 2600 lokasi terumbu karang tropis.

Tim lalu menganalisis apa yang terjadi jika pembatasan penangkapan ikan seperti pelarangan penggunaan jaring, diterapkan pada semua terumbu karang yang saat ini tidak dikelola.

Baca juga:

Dengan menggunakan model prediktif mereka, para peneliti menemukan bahwa stok ikan terumbu karang global akan meningkat sebesar 10,5 persen.

"Jutaan orang bergantung pada ikan karang untuk mata pencaharian dan nutrisi mereka," ungkap Joshua Cinner, peneliti dari School of Geosciences, dikutip dari Phys, Rabu (9/10/2024).

"Namun, penangkapan ikan yang berlebihan sangat mengancam kesejahteraan masyarakat pesisir di seluruh dunia. Perlindungan dapat membantu meningkatkan stok ikan dan memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat di sana," paparnya lagi.

Konservasi Terumbu Karang

Dalam studinya, peneliti menemukan bahwa upaya konservasi telah memberikan kontribusi terhadap jumlah ikan di terumbu karang global. Ini merupakan hal yang menjanjikan.

Akan tetapi di sisi lain, kontribusi tersebut tampak cukup sederhana dan studi memperjelas betapa banyak ruang yang dapat ditingkatkan.

Di seluruh dunia, terumbu karang mengalami tekanan signifikan akibat berbagai dampak buatan manusia termasuk perubahan iklim, polusi, dan penangkapan ikan berlebihan.

Kawasan Konservasi Laut (KKL) adalah bagian lautan tempat pemerintah memberlakukan pembatasan terhadap aktivitas manusia dan merupakan alat yang banyak digembar-gemborkan untuk melestarikan habitat laut.

Saat ini, KKL hanya mencakup sebagian kecil (sekitar 8 persen) lautan dunia, tetapi ini akan berkembang pesat di tahun-tahun mendatang.

Baca juga:

Pada Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB tahun 2022, 196 negara mengadopsi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global dan berkomitmen untuk melindungi 30 persen wilayah daratan, air tawar, pesisir, dan laut dunia pada tahun 2030, inisiatif yang umumnya disebut sebagai 30x30.

Peneliti pun berharap studi mereka akan membantu memaksimalkan manfaat dari inisiatif ini.

"Pemodelan kami menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan hingga 28 persen lebih banyak ikan di terumbu karang secara global dengan meningkatkan cakupan terumbu karang yang dilindungi sepenuhnya hingga 30 persen," kata Cinner.

Namun Iain Caldwell, dari Wildlife Conservation Society, menambahkan pelarangan bukan satu-satunya cara untuk meningkatkan populasi ikan.

Bentuk pengelolaan perikanan lainnya juga dapat efektif dan mungkin lebih sesuai bagi orang-orang yang bergantung pada ikan karang untuk kehidupan dan mata pencaharian mereka.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Konsentrasi CO2 Naik Tertinggi Sejak 1957, Krisis Iklim Kian Serius
Konsentrasi CO2 Naik Tertinggi Sejak 1957, Krisis Iklim Kian Serius
Pemerintah
Aturan Baru Korsel, Pesawat yang Lepas Landas dari Wilayahnya Harus Pakai Avtur Berkelanjutan
Aturan Baru Korsel, Pesawat yang Lepas Landas dari Wilayahnya Harus Pakai Avtur Berkelanjutan
Pemerintah
Indonesia Eximbank Bawa 14 Eksportir Binaan yang Berorientasi Keberlanjutan ke TEI 2025
Indonesia Eximbank Bawa 14 Eksportir Binaan yang Berorientasi Keberlanjutan ke TEI 2025
Pemerintah
B40 untuk Energi Bersih Pecahkan Rekor Dunia, Pertamina: Negara Hemat Rp 675 T
B40 untuk Energi Bersih Pecahkan Rekor Dunia, Pertamina: Negara Hemat Rp 675 T
BUMN
LEGO Group Hentikan Penggunaan Gas Alam untuk Pangkas Emisi GRK
LEGO Group Hentikan Penggunaan Gas Alam untuk Pangkas Emisi GRK
Swasta
Studi Ungkap Orang yang Pernah Kebanjiran Cenderung Sadar Krisis Iklim
Studi Ungkap Orang yang Pernah Kebanjiran Cenderung Sadar Krisis Iklim
Pemerintah
Kisah di Balik Cokelatin Signature, Berawal dari Hobi yang Jadi Ladang Cuan
Kisah di Balik Cokelatin Signature, Berawal dari Hobi yang Jadi Ladang Cuan
LSM/Figur
Dua Tahun Berjalan, Pasar Karbon Indonesia Belum Menunjukkan Geliat
Dua Tahun Berjalan, Pasar Karbon Indonesia Belum Menunjukkan Geliat
LSM/Figur
Belantara Foundation Ajak Anak Muda Cermati Biodiversitas Sekitar
Belantara Foundation Ajak Anak Muda Cermati Biodiversitas Sekitar
LSM/Figur
DBS Foundation Gelontorkan Rp 96 M untuk Perempuan dan Anak Muda Rentan
DBS Foundation Gelontorkan Rp 96 M untuk Perempuan dan Anak Muda Rentan
Swasta
BMKG Peringatkan Cuaca Panas Bakal Terjadi hingga Awal November
BMKG Peringatkan Cuaca Panas Bakal Terjadi hingga Awal November
Pemerintah
Sampah Jadi Energi, Prabowo Teken Perpres Percepat Proyek Pembangkit Listrik dari Limbah
Sampah Jadi Energi, Prabowo Teken Perpres Percepat Proyek Pembangkit Listrik dari Limbah
Pemerintah
Energi Bersih: Mimpi Besar atau Janji Kosong Indonesia?
Energi Bersih: Mimpi Besar atau Janji Kosong Indonesia?
Pemerintah
Mom Uung Rilis Penelitian ASI Booster untuk Perkuat Literasi Menyusui di Indonesia
Mom Uung Rilis Penelitian ASI Booster untuk Perkuat Literasi Menyusui di Indonesia
Swasta
WHO: 3 Miliar Orang Alami Masalah Otak, Cuma yang Kaya Bisa Berobat
WHO: 3 Miliar Orang Alami Masalah Otak, Cuma yang Kaya Bisa Berobat
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau