Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Air Dunia Bakal Ancam Ketahanan Pangan Global

Kompas.com - 18/10/2024, 17:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Krisis air yang melanda dunia bakal mengancam ketahanan pangan global.

Pasalnya, lebih dari separuh produksi pangan dunia akan terancam gagal panen dalam 25 tahun ke depan karena krisis air yang semakin parah .

Temuan tersebut mengemuka dalam laporan dari terbaru Global Commission on the Economics of Water yang dirilis Rabu (17/10/2024).

Baca juga: Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Saat ini, setengah dari populasi dunia sudah menghadapi kelangkaan air. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat seiring memburuknya krisis iklim.

Di satu sisi, permintaan air bersih akan melampaui pasokan yang ada sebesar 40 persen pada 2030, sebagaimana dilansir The Guardian.

Global Commission on the Economics of Water menyebutkan, pemerintah dan para ahli masih sangat meremehkan jumlah air yang dibutuhkan orang untuk menjalani kehidupan yang layak.

Untuk kebersihan dan kesehatan, setiap orang membutuhkan sekitar 4.000 liter per hari untuk mendapatkan gizi yang cukup dan kehidupan yang bermartabat.

Baca juga: Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Sekitar setengah dari curah hujan dunia di daratan berasal dari vegetasi yang sehat di dalam ekosistem.

Sistem tersebut mengalirkan air kembali ke atmosfer dan menghasilkan awan yang kemudian bergerak mengikuti arah angin.

China dan Rusia disebut menjadi penerima manfaat utama dari sistem yang disebut "sungai atmosfer" tersebut.

"Ekonomi China bergantung pada pengelolaan hutan berkelanjutan di Ukraina, Kazakhstan, dan wilayah Baltik," kata Profesor Johan Rockstrom dari Potsdam Institute for Climate Impact Research sekaligus salah satu ketua bersama Global Commission on the Economics of Water.

Baca juga: PBB Peringatkan Siklus Air Dunia Makin Tak Menentu

Sementara itu, India dan Brasil adalah "eksportir" utama, karena daratan mereka mendukung aliran air hijau ke wilayah lain.

"Anda dapat mengajukan kasus yang sama untuk Brasil yang memasok air tawar ke Argentina. Keterkaitan ini hanya menunjukkan bahwa kita harus menempatkan air tawar dalam ekonomi global sebagai barang publik global," tutur Rockstrom.

Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam sekaligus salah satu ketua Global Commission on the Economics of Water menyampaikan, negara-negara harus mulai bekerja sama dalam pengelolaan sumber daya air sebelum terlambat.

"Kita harus berpikir secara radikal tentang bagaimana kita akan melestarikan sumber daya air bersih, bagaimana kita akan menggunakannya dengan lebih efisien, dan bagaimana kita akan dapat menyediakan akses air bersih bagi setiap orang," ucap Shanmugaratnam.

Baca juga: Metode Ini Diklaim Bisa Atasi Dampak Bahan Kimia Pada Persediaan Air Global

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Budidaya Ikan Tidak Termasuk Bisnis yang Implementasikan Sustainability?

Budidaya Ikan Tidak Termasuk Bisnis yang Implementasikan Sustainability?

Pemerintah
Perusahaan yang Punya Paten Inovasi Hijau Punya Risiko Kredit yang Rendah

Perusahaan yang Punya Paten Inovasi Hijau Punya Risiko Kredit yang Rendah

Swasta
Kesehatan Terumbu Karang di Papua Barat Dimonitor untuk Jaga Kelestarian Kawasan Konservasi

Kesehatan Terumbu Karang di Papua Barat Dimonitor untuk Jaga Kelestarian Kawasan Konservasi

Pemerintah
Krisis Air Dunia Bakal Ancam Ketahanan Pangan Global

Krisis Air Dunia Bakal Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kacang Arab Bisa Jadi Kunci Ketahanan Pangan di Masa Depan

Kacang Arab Bisa Jadi Kunci Ketahanan Pangan di Masa Depan

Pemerintah
Lalu Lalang Kukang di Arboretum Busang, Bukti Keberhasilan Restorasi Alam

Lalu Lalang Kukang di Arboretum Busang, Bukti Keberhasilan Restorasi Alam

Swasta
IEA: Era Minyak Mulai Berakhir, Selamat Datang Era Listrik

IEA: Era Minyak Mulai Berakhir, Selamat Datang Era Listrik

LSM/Figur
BPDLH Perkuat Kolaborasi Pembiayaan Inovatif untuk Lingkungan Hidup Berkelanjutan

BPDLH Perkuat Kolaborasi Pembiayaan Inovatif untuk Lingkungan Hidup Berkelanjutan

Pemerintah
Aktor Penting dalam Ekonomi Biru, Masyarakat Pesisir Harus Berdaya

Aktor Penting dalam Ekonomi Biru, Masyarakat Pesisir Harus Berdaya

Pemerintah
Brasil Gelar Konsultasi Masyarakat Adat untuk Penjualan Kredit Karbon Amazon

Brasil Gelar Konsultasi Masyarakat Adat untuk Penjualan Kredit Karbon Amazon

Pemerintah
Jokowi: GBFA Bisa Dorong Pendanaan Iklim bagi Negara Berkembang

Jokowi: GBFA Bisa Dorong Pendanaan Iklim bagi Negara Berkembang

Pemerintah
Petani Swadaya di Labuhanbatu Terapkan Sietem Berkebun Regeneratif

Petani Swadaya di Labuhanbatu Terapkan Sietem Berkebun Regeneratif

Swasta
Gerakan Makan Telur, Upaya Tekan Stunting di NTT

Gerakan Makan Telur, Upaya Tekan Stunting di NTT

LSM/Figur
OJK Dorong Perbanyak Energi Bersih: Agar Pasar Karbon RI Berdaya Saing

OJK Dorong Perbanyak Energi Bersih: Agar Pasar Karbon RI Berdaya Saing

Pemerintah
Cegah Potensi Tanah Amblas, Temuan Gua di JJLS Perlu Survei Geofisika

Cegah Potensi Tanah Amblas, Temuan Gua di JJLS Perlu Survei Geofisika

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau