KOMPAS.com - Indonesia tengah mengembangkan model pendidikan anak usia dini (PAUD) Holistik Integratif yang bukan hanya memberikan pembelajaran pada anak, melainkan juga menyediakan layanan gizi dan kesehatan.
Namun, pengembangan PAUD di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan. Permasalahan utama adalah akses, dengan hanya 35 persen anak usia 3-6 tahun yang memiliki akses ke layanan tersebut.
Jumlah PAUD dan infrastrukturnya, terutama di daerah-daerah terpencil dan sulit dijangkau, masih amat terbatas. Alokasi anggaran negara untuk PAUD juga minim. Nilainya hanya 0,8 persen dari total anggaran pendidikan nasional.
Baca juga: Jika Jadi Gubernur Jakarta, Pramono Anung Janji Naikkan Insentif Guru PAUD Dua Kali Lipat
“Ini jauh di bawah standar internasional yang sebesar 10 persen dan perlu ditingkatkan secara signifikan,” ujar UNICEF Indonesia Country Representative, Maniza Zaman, dalam talkshow Unlocking Potential Tanoto Foundation, dikutip, Sabtu (19/10/2024).
Selain itu, belum semua PAUD diperkuat oleh guru-guru berkualitas. Tak bisa dipungkiri, masih ada anggapan bahwa untuk menjadi guru PAUD tidak terlalu membutuhkan pengajar dengan kualifikasi yang baik.
"Data menunjukkan, hanya 60 persen guru PAUD yang bergelar sarjana dibanding 90 persen di jenjang pendidikan lain. Perlu adanya pengakuan bahwa guru adalah profesi mulia bahkan untuk PAUD,” tambah Maniza.
Persoalan lainnya, kata dia, adalah pemahaman orang tua dan pengasuh tentang PAUD yang belum sama dan belum semuanya menganggapnya penting.
Apalagi, kebanyakan layanan PAUD dikelola mandiri atau pihak swasta yang memerlukan pos dana tersendiri bagi setiap keluarga, meskipun sudah ada subsidi.
Baca juga: 11 Siswa Binus School Simprug Inisiasi Pembangunan Ulang PAUD di Sumba
“Masalah keuangan di rumah tangga juga harus kita pikirkan. Kita harus benar-benar memperhatikan keterjangkauan untuk semua kalangan,” ungkap Maniza.
Oleh karena itu, ia menegaskan, UNICEF mendorong dukungan dan investasi lebih besar untuk PAUD oleh berbagai pihak.
"Dukungan ini menjadi strategi dalam mengembangkan PAUD yang mencakup berbagai aspek kompleks dan membutuhkan dukungan dari semua pemangku kepentingan," ujarnya.
Sejumlah aspek tersebut di antaranya, perlunya layanan berkesinambungan terhadap kesehatan dan kesejahteraan ibu sejak mengandung hingga merawat anak. Pola pengasuhan anak (parenting) oleh orang tua dan pengasuh juga menjadi garda terdepan dalam hal ini.
Baca juga: Ketua TP PKK Pematangsiantar Ingatkan Pentingnya Pendidikan Anak-anak PAUD
Selain itu, perlu adanya koordinasi, sistem pendukung, konektivitas, pendanaan yang tepat, serta kesadaran masyarakat dalam perubahan perilaku dan sosial dalam pengembangan PAUD.
“Koordinasi yang efektif di berbagai tingkat bahkan hingga desa menjadi penting, agar semua berjalan baik. Ini bukan hal yang mudah di dunia. Kita harus bekerja sama dan menggunakan sumber daya secara optimal,” paparnya.
Maniza menegaskan, seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, sektor swasta, lembaga non-pemerintah, hingga lembaga non-profit dan filantropi harus mengambil langkah konkret untuk menjadikan PAUD sebagai agenda yang penting bagi masa depan bangsa.
Menurutnya, UNICEF dan pemerintah telah memulai langkah ini, baik di tingkat regulasi dan sarana prasarana di lapangan. Misalnya, pemanfaatan teknologi digital dan media sosial dalam menyebarkan praktik baik serta materi edukasi PAUD.
“Dengan populasi Indonesia yang besar, kita bisa gunakan teknologi untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya PAUD dan parenting,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata dia, peran institusi, lembaga, atau perusahaan yang menjadi tempat bekerja bagi para orang tua juga signifikan. Perusahaan harus memberi dukungan bagi orang tua untuk mengasuh anak.
“Artinya perlu kebijakan yang ramah keluarga. Pemberi kerja tidak hanya mengambil keuntungan, tetapi melakukan investasi yang baik bagi karyawan. Kalau karyawan bahagia, itu artinya bisnis itu sukses,” terangnya.
Baca juga: Hepcon 2024 Digelar, Dorong Kemitraan Global untuk Pendidikan Indonesia
Sektor swasta juga dapat menggunakan sumber daya untuk menambah jumlah layanan PAUD atau memberikan dukungan teknis, aset, dan tenaga ahli. Adapun lembaga non-pemerintah dan lembaga non-profit dapat memanfaatkan jejaringnya yang luas untuk mendukung peningkatan kualitas layanan PAUD.
Ia menilai, peran tokoh masyarakat dan pemimpin agama juga tak kalah krusial dalam memberi motivasi dan semangat pada orang tua untuk melakukan parenting dengan baik.
“Ini semua dapat mengamplifikasi pesan tentang pentingnya PAUD bagi masa depan suatu bangsa dan menunjukkan setiap pihak punya peran untuk itu,” pungkas Maniza.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya