Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tergolong Keluarga Miskin, Ini Harapan Petani kepada Pemerintah

Kompas.com - 19/10/2024, 19:36 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Survei Persepsi Petani 2024 menunjukkan bahwa banyak masyarakat berprofesi sebagai petani di Indonesia tergolong sebagai keluarga miskin. Namun, mereka terus berjuang dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. 

Survei yang dilakukan oleh Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), LaporIklim, Tani dan Nelayan Center (TNC) IPB University, dan Gerakan Petani Nusantara (GPN), mengungkapkan sebanyak 85,2 persen petani mengonsumsi pangan yang dihasilkan sendiri atau dari lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.

"Kemampuan petani untuk mencukupi kebutuhan pangan harian mereka adalah gambaran kemandirian, sekaligus perjuangan hidup," ujar Kepala TNC, Prof. Hermanu Triwidodo, dalam pernyataannya, Sabtu (19/10/2024). 

Baca juga: Petani Swadaya di Labuhanbatu Terapkan Sietem Berkebun Regeneratif

Ia menjelaskan, banyak dari petani di Indonesia yang masuk dalam kategori keluarga miskin. Adapun aspek pangan berkelanjutan menggambarkan daya resiliensi petani dalam memenuhi kebutuhan pangannya.

Oleh karena itu, ada keterbatasan akses terhadap pangan yang lebih beragam. Sebanyak 71,4 persen petani juga mengatakan bahwa saat ini lebih mudah mendapatkan pangan lokal.

"Petani memilih untuk hidup lebih sederhana dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka," imbuhnya. 

Tantangan petani

Saat ini, kata dia, tantangan petani di Indonesia semakin pelik dengan dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh mereka.

Suhu rata-rata bumi terus meningkat, sehingga merusak kesimbangan cuaca dan iklim. Survei Persepsi Petani 2024 mengungkap bahwa 98,7 persen petani mengakui bahwa saat ini sedang terjadi perubahan iklim.

Baca juga: Integrasi AI ke Sektor Pertanian Diproyeksikan Bisa Bantu Ketahanan Pangan

Tiga kejadian perubahan iklim yang paling banyak mereka alami adalah musim semakin tidak menentu (71,7 persen), kekeringan (70,7 persen), dan suhu panas ekstrem di luar ruangan (58,6 persen).

"Situasi yang terus memburuk berdampak besar terhadap petani," ungkap Hermanu. 

Sebanyak 77,6 persen petani mengaku hasil panen mereka turun karena perubahan iklim, kemudian 59,2 persen merasakan hama semakin merajalela, dan 51 persen mengatakan kualitas panen turun. Semua dampak tersebut berpengaruh terhadap kondisi ekonomi yang makin terpuruk. 

Melalui survei tersebut, Hermanu dan tim menyampaikan bahwa kebijakan dan program yang dibuat beberapa tahun terakhir, tidak mendorong perbaikan kehidupan petani. Tetapi ibarat senjata yang menekan dan menghunus petani itu sendiri.

"Petani ada pada pilihan sulit. Mau terhunus kebijakan mundur ditusuk ancaman perubahan iklim,” tegas Hermanu.

Harapan petani

Meski di tengah himpitan kebijakan yang tidak berpihak pada petani dan perubahan iklim yang semakin parah, Hermanu mengatakan bahwa petani di seluruh Indonesia masih menyimpan harapan untuk masa depan mereka.

Petani di kawasan Indonesia timur, yaitu Maluku, Maluku Utara, dan Papua, mengatakan bahwa sistem tata kelola pertanian perlu lebih modern dan pemerintah lebih berpihak kepada petani lokal.

Baca juga: Budidaya Salak Bali Masuk Dalam Daftar Warisan Pertanian Penting Dunia FAO

Petani di kawasan Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, berharap program regenerasi petani dilakukan secara masif, serta pemerintah harus lebih sering turun ke lapangan agar lebih objektif dalam evaluasi.

Sementara, petani di pulau Jawa hingga kepulauan Nusa Tenggara menitipkan harapan agar harga gabah dinaikkan agar petani lebih sejahtera, kebijakan pertanian yang berpihak kepada petani lokal, serta memperbanyak program-program penguatan pangan lokal.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

99 Persen Perusahaan Asuransi Pilih Portofolio Investasi yang Rendah Karbon

99 Persen Perusahaan Asuransi Pilih Portofolio Investasi yang Rendah Karbon

Swasta
Solusi Perubahan Iklim Tak Selalu Baik untuk Keanekaragaman Hayati

Solusi Perubahan Iklim Tak Selalu Baik untuk Keanekaragaman Hayati

Pemerintah
Tergolong Keluarga Miskin, Ini Harapan Petani kepada Pemerintah

Tergolong Keluarga Miskin, Ini Harapan Petani kepada Pemerintah

Pemerintah
PBB: Baru 15 Persen Negara yang Susun Rencana Perlindungan Alam

PBB: Baru 15 Persen Negara yang Susun Rencana Perlindungan Alam

Pemerintah
Komitmen Lestarikan Lingkungan, Aeon Indonesia dan Pakuwon Mall Bekasi Gelar Aksi Penanaman Pohon

Komitmen Lestarikan Lingkungan, Aeon Indonesia dan Pakuwon Mall Bekasi Gelar Aksi Penanaman Pohon

Swasta
 Kegagalan Kebijakan Agraria Sebabkan Krisis Iklim Kian Mengancam

Kegagalan Kebijakan Agraria Sebabkan Krisis Iklim Kian Mengancam

LSM/Figur
PAUD Punya Peran Krusial, Namun Kurang Diperhatikan

PAUD Punya Peran Krusial, Namun Kurang Diperhatikan

Swasta
Pemuda Pesisir Pegang Peran Penting Jaga Ekosistem dan Ketahanan Pangan

Pemuda Pesisir Pegang Peran Penting Jaga Ekosistem dan Ketahanan Pangan

LSM/Figur
UNICEF: Pendidikan Anak Usia Dini Jadi Momen Emas bagi Pertumbuhan Anak

UNICEF: Pendidikan Anak Usia Dini Jadi Momen Emas bagi Pertumbuhan Anak

Swasta
Dua Miliar Perempuan Tak Punya Akses Perlindungan Sosial

Dua Miliar Perempuan Tak Punya Akses Perlindungan Sosial

Pemerintah
Hadir di 10 Titik, Nestlé Waste Station Dorong Pengelolaan Sampah Konsumen Indonesia

Hadir di 10 Titik, Nestlé Waste Station Dorong Pengelolaan Sampah Konsumen Indonesia

BrandzView
Budidaya Ikan Tidak Termasuk Bisnis yang Implementasikan Sustainability?

Budidaya Ikan Tidak Termasuk Bisnis yang Implementasikan Sustainability?

Pemerintah
Perusahaan yang Punya Paten Inovasi Hijau Punya Risiko Kredit yang Rendah

Perusahaan yang Punya Paten Inovasi Hijau Punya Risiko Kredit yang Rendah

Swasta
Kesehatan Terumbu Karang di Papua Barat Dimonitor untuk Jaga Kelestarian Kawasan Konservasi

Kesehatan Terumbu Karang di Papua Barat Dimonitor untuk Jaga Kelestarian Kawasan Konservasi

Pemerintah
Krisis Air Dunia Bakal Ancam Ketahanan Pangan Global

Krisis Air Dunia Bakal Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau