KOMPAS.com - Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) menyatakan, era energi listrik telah tiba dan mulai menggantikan minyak.
Direkur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, konsumsi listrik tumbuh dua kali lipat dari laju permintaan energi secara keseluruhan selama 10 tahun terakhir.
Birol menuturkan, dunia kini tengah bergerak cepat menuju era listrik, sebagaimana dilansir Axios.
Baca juga: Rambut Manusia Efektif Serap Tumpahan Minyak di Lingkungan
Era listrik inilah yang akan menentukan sistem energi global di masa depan. Di samping itu, era listrik akan didasarkan pada sumber terbarukan dan energi bersih.
Pernyataan tersebut disampaikan Birol saat peluncurkan laporan flagship terbaru IEA yakni World Energy Outlook 2024, Rabu (16/10/2024).
Birol menuturkan, pesan kunci dari laporan tersebut adalah energi di seluruh dunia secara bertahap akan bergantung pada sumber listrik.
"Kita melihat bahwa setelah era batu bara memulai revolusi industri pada abad ke-18, diikuti oleh era minyak yang masih ada sampai sekarang. Namun, setelah era minyak saat ini, dunia memasuki era listrik," kata Birol dilansir dari Associated Press.
Baca juga: Pemerintah Susun Peta Jalan untuk Hilirisasi Minyak Jelantah
Pada 1975, 70 persen pembangkitan listrik di seluruh dunia dihasilkan oleh bahan bakar fosil.
Akan tetapi, pada 2050, energi terbarukan diprediksi akan berkontribusi sebesar 70 persen dari seluruh pembangkitan listrik dunia.
Sebelum 2050, IEA memprediksi pertengahan dekade 2030an, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) akan menjadi produsen listrik yang paling besar.
Ketergantungan pada minyak akan mencapai puncaknya pada 2030. Akan tetapi, penurunannya tidak akan terlalu signifikan dalam beberapa tahun usai 2030.
Baca juga: Pemerintah Diminta Tetapkan Regulasi Minyak Jelantah, Sebelum Kegagalan Pasar
Dia menuturkan, dunia tetap masih akan membutuhkan minyak dalam beberapa tahun mendatang.
"Tetapi kita melihat puncak dan melemahnya pertumbuhan permintaan minyak global. Ada banyak alasan ekonomi dan teknologi," papar Birol.
Birol menuturkan, salah satu faktor utama yang membuat permintaan minyak turun adalah terjadinya perubahan yang besar di sektor transportasi.
"Kita melihat mobil listrik menembus pasar mobil di semua pasar utama, secara signifikan dan global," jelas Birol.
Baca juga: Minyak Sawit Diperebutkan Pangan dan Bahan Bakar, Lingkungan Jadi Korban
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya