Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Integrasi AI ke Sektor Pertanian Diproyeksikan Bisa Bantu Ketahanan Pangan

Kompas.com - 28/09/2024, 16:59 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Integrasi kecerdasan buatan (AI) ke dalam sistem kontrol lingkungan pertanian dalam ruangan dapat mengurangi konsumsi energi hingga 25 persen.

Menurut peneliti dari Cornell University Benjamin Decardi-Nelson, hal tersebut berpotensi mampu membantu ketahanan pangan ketika populasi dunia meningkat.

"Jika kita menggabungkan AI ke pertanian dalam ruangan berskala besar dengan pencahayaan dan kontrol iklim lengkap, kita dapat memfasilitasi fotosintesis, transpirasi, dan respirasi tanaman," ungkap Benjamin Decardi-Nelson.

Baca juga: IBM Dorong Pertanian Berkelanjutan di Desa Sesaot NTB

Aplikasi itu pun akhirnya dapat mengurangi energi sambil meningkatkan efisiensi dan penghematan sumber daya yang berharga.

Pertumbuhan Populasi Dunia

Mengutip laman resmi Cornell University, Jumat (27/9/2024) populasi dunia diperkirakan akan tumbuh menjadi 9,7 miliar orang pada 2050.

Pertumbuhan yang dikombinasikan dengan perubahan iklim dan urbanisasi itu menurut peneliti membutuhkan perbaikan dalam sistem produksi pangan dunia saat ini.

Baca juga: Agroforestri Salak Bali Ditetapkan Jadi Warisan Pertanian Dunia

Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan metode pertanian dalam ruangan yang memanfaatkan pencahayaan buatan.

Metode itu tidak terlalu rentan terhadap perubahan iklim tetapi memerlukan banyak energi dan butuh pengelolaan sumber daya yang cermat agar berkelanjutan.

Ventilasi memang dapat mengurangi penggunaan energi, tetapi mempersulit pertumbuhan tanaman dengan memengaruhi kadar karbon dioksida dan keseimbangan kelembapan.

Di sinilah manfaat kecerdasan buatan di mana alat dapat membantu metode regulasinya.

"Kecerdasan buatan menawarkan solusi yang menjanjikan dengan mengelola beberapa kompleksitas," kata Decardi-Nelson.

Manfaat AI

Menurut peneliti, pemanfaatan AI dapat mengurangi penggunaan energi dengan mengoptimalkan sistem pencahayaan dan pengaturan iklim.

Baca juga: Bahan Bakar Fosil dan Pertanian Kuras Dana Publik Negara Terdampak Perubahan Iklim

Hasilnya, penggunaan energi turun menjadi 6,42 kilowatt jam per kilogram berat segar (energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram tanaman di ruangan) dari yang sebelumnya 9,5 kilowatt jam per kilogram berat segar.

Para peneliti juga menemukan bahwa untuk daerah yang lebih hangat seperti Dubai atau iklim Amerika Serikat bagian selatan, AI bahkan mampu mengurangi penggunaan menjadi 7,26 kilowatt jam per kilogram berat segar dari yang sebelumnya 10,5 kilowatt jam per kilogram berat segar.

Peneliti menambahkan studi ini berfokus pada sistem pintar untuk membuat produksi pangan menjadi optimal, berkelanjutan, dan mengurangi jejak karbon yang bisa dilakukan oleh AI.

"Kita dapat menghemat cukup banyak jika menggunakan AI untuk mengoptimalkan pencahayaan buatan dan sistem energi lainnya," ungkap Decardi-Nelson lagi.

Studi ini dipublikasikan di Nature Food.

sumber https://news.cornell.edu/stories/2024/09/ai-boosts-indoor-food-productions-energy-sustainability

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Perlu Dorong Bahan Lokal untuk Ketahanan Pangan

Pemerintah Perlu Dorong Bahan Lokal untuk Ketahanan Pangan

Pemerintah
Komitmen Implementasikan ESG, The Sanur Terima Asian Impact Awards 2024

Komitmen Implementasikan ESG, The Sanur Terima Asian Impact Awards 2024

Swasta
Peneliti Kembangkan Metode Daur Ulang Logam Limbah Elektronik

Peneliti Kembangkan Metode Daur Ulang Logam Limbah Elektronik

Pemerintah
Integrasi AI ke Sektor Pertanian Diproyeksikan Bisa Bantu Ketahanan Pangan

Integrasi AI ke Sektor Pertanian Diproyeksikan Bisa Bantu Ketahanan Pangan

Pemerintah
Pakar Kelautan Definisikan Ulang Konsep Penangkapan Ikan Berkelanjutan

Pakar Kelautan Definisikan Ulang Konsep Penangkapan Ikan Berkelanjutan

Pemerintah
IESR: Kapasitas PLTU Perlu Dikurangi 2-3 GW per Tahun hingga 2045

IESR: Kapasitas PLTU Perlu Dikurangi 2-3 GW per Tahun hingga 2045

LSM/Figur
Agincourt Resources Sabet Penghargaan Kaidah Pertambangan yang Baik

Agincourt Resources Sabet Penghargaan Kaidah Pertambangan yang Baik

Swasta
Menilik Tantangan, Peluang, dan Masa Depan Ketahanan Air Berkelanjutan di Tanah Air

Menilik Tantangan, Peluang, dan Masa Depan Ketahanan Air Berkelanjutan di Tanah Air

Swasta
Pemerintah Target Tambah Kapasitas Terpasang PLTB 5 GW hingga 2030

Pemerintah Target Tambah Kapasitas Terpasang PLTB 5 GW hingga 2030

Pemerintah
Riset: Mengurangi Kecepatan Pesawat Bisa Turunkan Emisi Karbon

Riset: Mengurangi Kecepatan Pesawat Bisa Turunkan Emisi Karbon

Swasta
Asa dari Lahan Bekas Tambang di Kabupaten Kutai Kartanegara

Asa dari Lahan Bekas Tambang di Kabupaten Kutai Kartanegara

Swasta
PT GNI Upayakan Perbaikan Gizi dan Kesehatan Warga Lingkar Industri

PT GNI Upayakan Perbaikan Gizi dan Kesehatan Warga Lingkar Industri

Pemerintah
ICSF 2024 Bahas Tantangan Demokrasi dan Kolaborasi Masyarakat Sipil demi Keberlanjutan Sosial

ICSF 2024 Bahas Tantangan Demokrasi dan Kolaborasi Masyarakat Sipil demi Keberlanjutan Sosial

LSM/Figur
Permukaan Air Laut di Asia Diperkirakan Naik Lebih Cepat

Permukaan Air Laut di Asia Diperkirakan Naik Lebih Cepat

Pemerintah
Arsitek Asal Islandia Usulkan Lava Jadi Bahan Bangunan Berkelanjutan

Arsitek Asal Islandia Usulkan Lava Jadi Bahan Bangunan Berkelanjutan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau