KOMPAS.com - Jelang pertemuan puncak keanekaragaman hayati global di Kolombia, PBB mengungkapkan bagaimana komitmen negara untuk memperlambat laju kerusakan alam.
Menurut hitungan organisasi tersebut, kurang dari 15 persen negara yang telah mengajukan rencana untuk memperlambat kerusakan alam.
Sebelumnya, sebanyak 196 negara anggota Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) PBB telah mengadopsi kerangka kerja pada 2022 dengan 23 target untuk menghentikan dan membalikkan hilangnya alam pada 2030.
Baca juga: Lalu Lalang Kukang di Arboretum Busang, Bukti Keberhasilan Restorasi Alam
Berdasarkan Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal yang diadopsi di Kanada 2 tahun lalu itu, berbagai negara diminta untuk menyampaikan strategi dan rencana aksi keanekaragaman hayati nasional pada pertemuan COP16 yang dibuka di kota Cali, Kolombia Senin (14/10/2024).
Namun, dikutip dari Phys, Sabtu (19/10/2024) sekretaris eksekutif CBD Astrid Schomaker mengatakan bahwa hanya 29 dari 196 negara penanda tangan yang telah mengajukan rencana lengkap hingga saat ini.
Sementara sembilan puluh satu negara telah menyerahkan target nasional yang kurang menyeluruh.
Baca juga: Eksploitasi Alam Sebabkan Batas-batas Planetary Boundaries Terlampaui
Lebih lanjut ke-23 target kerangka kerja tersebut mencakup menempatkan setidaknya 30 persen dari semua wilayah daratan dan perairan di bawah konservasi pada tahun 2030 serta menghentikan kepunahan spesies yang terancam punah akibat manusia.
Data PBB mencatat ada sekitar seperempat spesies hewan dan tumbuhan yang dinilai terancam serta sekitar satu juta spesies sudah menghadapi kepunahan dalam beberapa dekade saja.
Ribuan delegasi termasuk tujuh kepala negara dan sekitar 140 menteri pemerintah diharapkan menghadiri Conference of the Parties (COP16) yang berlangsung hingga 1 November.
Forum tersebut bertugas menyepakati mekanisme pemantauan dan pendanaan untuk memastikan target dapat terpenuhi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya