Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solusi Perubahan Iklim Tak Selalu Baik untuk Keanekaragaman Hayati

Kompas.com - 19/10/2024, 20:44 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Ilmuwan menyebut beberapa pendekatan untuk mengatasi pemanasan global dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan bagi alam dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Mereka pun mendesak adanya upaya yang lebih terkoordinasi untuk mengatasi tantangan tersebut.

"Terkadang dengan mencoba menemukan solusi untuk suatu masalah, kita berisiko menciptakan kerusakan di tempat lain," kata Anne Larigauderie dari Intergovernmental Scientific and Political Platform on Biodiversity (IPBES), sebuah badan independen ahli.

Baca juga: Ahli Sebut Perubahan Iklim Sebagai Keadaan Darurat Kesehatan

IPBES sendiri akan menerbitkan laporan pada bulan Desember tentang bagaimana berbagai krisis termasuk perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati berkaitan erat dan harus ditangani bersama-sama, bukan secara terpisah.

Dampak Negatif

Dikutip dari Phys, Sabtu (19/10/2024) Climate Action Network, sebuah organisasi nonpemerintah kolektif, telah memperingatkan terhadap "solusi palsu" yang menjanjikan planet yang lebih sehat tetapi dengan biaya bagi manusia atau ekosistem yang menyertainya.

Contohnya saja, menyuntikkan zat besi secara sengaja ke lautan untuk meningkatkan pertumbuhan mikroplankton mungkin tampak menjanjikan tetapi teknik "geoengineering" tersebut telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi dampaknya.

"Metode itu kemungkinan akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang besar untuk keuntungan iklim yang tidak pasti," ungkap Alison Smith, seorang peneliti di Universitas Oxford.

Baca juga: AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

Kasus lain adalah turbin angin yang akan menghasilkan tenaga bersih dan mengurangi ketergantungan sistem energi pada bahan bakar fosil. Akan tetapi penerapan teknologi tersebut dapat menimbulkan risiko bagi burung atau kelelawar yang bermigrasi.

Sehingga langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi perubahan iklim harus dievaluasi menurut manfaat dan risikonya secara keseluruhan dan tidak hanya menurut jejak karbonnya.

"Dengan krisis yang sangat luas, kompleks, dan saling terkait seperti perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, berfokus pada satu aspek masalah tidak akan pernah cukup," kata Tom Oliver dari University of Reading.

Baca juga: Studi Sebut 8 dari 10 Orang di Dunia Terdampak Perubahan Iklim

Dalam upaya mencari solusi atas tantangan terbesar dan paling berat yang kita hadapi, penting untuk melihat gambaran besar, bukan hanya fokus pada perubahan iklim.

Beberapa penelitian pun telah mencatat bagaimana solusi perubahan iklim tetap harus mempertimbangkan ekosistem yang menyertainya.

Sebuah studi tahun 2020 dalam jurnal Global Change Biology menyimpulkan bahwa "intervensi berbasis alam paling sering terbukti sama efektifnya atau lebih efektif daripada intervensi alternatif untuk mengatasi dampak iklim.

Sebuah studi tahun 2023 di Nature menemukan bahwa melindungi hutan yang ada dan membiarkannya beregenerasi akan memberikan manfaat penghapusan karbon yang cukup besar.

"Tidak ada satu solusi ajaib. Kita perlu melakukan semua yang kita bisa, di semua sektor, negara, dan metode," tambah Smith.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

99 Persen Perusahaan Asuransi Pilih Portofolio Investasi yang Rendah Karbon

99 Persen Perusahaan Asuransi Pilih Portofolio Investasi yang Rendah Karbon

Swasta
Solusi Perubahan Iklim Tak Selalu Baik untuk Keanekaragaman Hayati

Solusi Perubahan Iklim Tak Selalu Baik untuk Keanekaragaman Hayati

Pemerintah
Tergolong Keluarga Miskin, Ini Harapan Petani kepada Pemerintah

Tergolong Keluarga Miskin, Ini Harapan Petani kepada Pemerintah

Pemerintah
PBB: Baru 15 Persen Negara yang Susun Rencana Perlindungan Alam

PBB: Baru 15 Persen Negara yang Susun Rencana Perlindungan Alam

Pemerintah
Komitmen Lestarikan Lingkungan, Aeon Indonesia dan Pakuwon Mall Bekasi Gelar Aksi Penanaman Pohon

Komitmen Lestarikan Lingkungan, Aeon Indonesia dan Pakuwon Mall Bekasi Gelar Aksi Penanaman Pohon

Swasta
 Kegagalan Kebijakan Agraria Sebabkan Krisis Iklim Kian Mengancam

Kegagalan Kebijakan Agraria Sebabkan Krisis Iklim Kian Mengancam

LSM/Figur
PAUD Punya Peran Krusial, Namun Kurang Diperhatikan

PAUD Punya Peran Krusial, Namun Kurang Diperhatikan

Swasta
Pemuda Pesisir Pegang Peran Penting Jaga Ekosistem dan Ketahanan Pangan

Pemuda Pesisir Pegang Peran Penting Jaga Ekosistem dan Ketahanan Pangan

LSM/Figur
UNICEF: Pendidikan Anak Usia Dini Jadi Momen Emas bagi Pertumbuhan Anak

UNICEF: Pendidikan Anak Usia Dini Jadi Momen Emas bagi Pertumbuhan Anak

Swasta
Dua Miliar Perempuan Tak Punya Akses Perlindungan Sosial

Dua Miliar Perempuan Tak Punya Akses Perlindungan Sosial

Pemerintah
Hadir di 10 Titik, Nestlé Waste Station Dorong Pengelolaan Sampah Konsumen Indonesia

Hadir di 10 Titik, Nestlé Waste Station Dorong Pengelolaan Sampah Konsumen Indonesia

BrandzView
Budidaya Ikan Tidak Termasuk Bisnis yang Implementasikan Sustainability?

Budidaya Ikan Tidak Termasuk Bisnis yang Implementasikan Sustainability?

Pemerintah
Perusahaan yang Punya Paten Inovasi Hijau Punya Risiko Kredit yang Rendah

Perusahaan yang Punya Paten Inovasi Hijau Punya Risiko Kredit yang Rendah

Swasta
Kesehatan Terumbu Karang di Papua Barat Dimonitor untuk Jaga Kelestarian Kawasan Konservasi

Kesehatan Terumbu Karang di Papua Barat Dimonitor untuk Jaga Kelestarian Kawasan Konservasi

Pemerintah
Krisis Air Dunia Bakal Ancam Ketahanan Pangan Global

Krisis Air Dunia Bakal Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau