Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa Butuh Pendamping Profesional untuk Atasi Stunting

Kompas.com - 25/10/2024, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Desa-desa di tanah air membutuhkan bantuan tenaga pendamping profesional untuk mengejar target penurunan stunting pada 2024.

Hal tersebut disampaikan kata Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) Luthfy Latief dalam webinar bertajuk "Meningkatkan Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting", Kamis (24/10/2024).

"Desa tentu saja memerlukan dukungan pendamping struktural di desa maupun pendamping profesional," kata Luthfy sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Gerakan Makan Telur, Upaya Tekan Stunting di NTT

Kehadiran pendamping tersebut akan memberikan pemahaman dan komitmen desa secara menyeluruh di dalam pencegahan stunting.

Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, pemerintah menargetkan penurunan angka stunting nasional mampu mencapai 14 persen pada 2024.

Sementara itu, pada tahun 2023 prevalensi stunting masih 21,6 persen alias sangat jauh dari target yang ditetapkan.

Para pendamping di desa dapat berperan membantu desa mengejar target penurunan angka stunting dengan menyusun program ataupun kegiatan yang tepat.

Baca juga: Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Webinar yang diselenggarakan oleh Kemendes PDT itu, kata Luthfy, merupakan salah satu langkah untuk memberikan pembekalan pada para pendamping desa dalam membantu desa menghadirkan program atau kegiatan yang tepat sasaran menurunkan angka stunting.

"Oleh karena itu, saya berharap peran aktif dan dukungan dari saudara-saudara para peserta webinar ini sangat diharapkan sehingga tercapai tujuan dari kegiatan ini," ujar dia.

Sebelumnya, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Wihaji telah menyampaikan, pihaknya akan terus memprioritaskan penurunan stunting dalam program-program yang akan dijalankan.

Baca juga: Kurang dari Seperempat Desa Bebas Stunting, Target 100 Persen Akhir Tahun

"Poin pertama dalam pesan Presiden Prabowo (Subianto) adalah kerja untuk negara. Kedua tentu kita sudah lihat banyak data, maka yang kita mulai prioritas khususnya pesan beliau adalah masalah stunting," kata dia.

Wihaji menekankan, penurunan stunting membutuhkan proses karena berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia, sehingga tidak dapat dilihat langsung hasilnya.

Selain itu, penanganannya perlu melihat data dan permasalahan di masing-masing daerah yang berbeda satu sama lain.

Baca juga: Penanganan Stunting Perlu Kolaborasi Interdisiplin Lintas Pemangku Kepentingan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Kemenag Dorong Mahasiswa Bergerak Nyata untuk Selamatkan Bumi
Pemerintah
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
Dari Uang hingga Simulasi Keuangan, Ini Cerita Anak Disabilitas Belajar Mandiri lewat FIESTA
BrandzView
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
Krisis Kebakaran Hutan, Tutupan Pohon Global Hilang 370 Persen
LSM/Figur
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Jepang Masuk Persaingan Global Daur Ulang Baterai Litium
Pemerintah
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan 'Green Job'
Bisnis Masa Depan, Green Economy Ciptakan "Green Job"
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau