Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan Stunting Perlu Kolaborasi Interdisiplin Lintas Pemangku Kepentingan

Kompas.com - 30/09/2024, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Peneliti SEAMEO RECFON sekaligus Country Lead Action Against Stunting Hub (AASH) Indonesia Umi Fahmida mengatakan, kolaborasi interdisiplin antarpemangku kepentingan berperan penting dalam penanggulangan stunting.

Umi menyampaikan, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang terjadi pada anak yang disebabkan kurangnya asupan gizi, infeksi berulang serta pengasuhan yang kurang tepat.

"Karena stunting ini multidimensi dan penyebabnya beragam, maka perlu kolaborasi interdisiplin," kata Umi, sebagaimana dilansir Antara, Minggu (29/9/2024).

Baca juga: Sukses Turunkan Stunting, 130 Pemda Dapat Insentif dari Pusat

Sebelumnya, tim AASH melakukan kegiatan pengembangan kapasitas yang diperuntukkan bagi Tim Pendamping Keluarga (TPK), yaitu para penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), bidan, kader Bina Keluarga Balita (BKB), juga pendamping gizi yang diselenggarakan di Lombok Timur pada Sabtu (14/9/2024).

Kegiatan yang juga bagian dari pengabdian masyarakat perguruan tinggi tersebut melibatkan dosen Program Studi Magister Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Umi Farida, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Deasy Irawati, serta para mahasiswa dari kedua kampus tersebut.

Umi menilai, pengembangan kapasitas yang dilakukan tersebut sangat penting dalam meningkatkan komunikasi yang efektif antarpemangku kepentingan.

Pada kegiatan tersebut peserta diajak untuk lebih mengenali diri sekaligus nilai yang dirasakan bersama berdasarkan budaya lokal yang merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan di AASH.

Baca juga: Urgensi Perubahan Kebijakan Demi Tekan Angka Stunting di Indonesia

Studi

AASH melakukan studi menggunakan konsep pendekatan anak secara menyeluruh yang dilaksanakan selama periode 2019-2024 di tiga negara yakni India, Indonesia, Senegal.

Di Indonesia, Lombok Timur terpilih menjadi lokasi untuk studi AASH yang meliputi Kecamatan Aikmel, Lenek, Sakra, dan Sikur.

Penelitian tersebut melibatkan 702 ibu hamil sejak Februari 2021. Studi kohor AASH diawali dengan rekrutmen ibu hamil saat trimester dua pada 2021, yang dilanjutkan hingga kelahiran, sampai dengan anak berusia 24 bulan.

Studi AASH melihat pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya dari aspek gizi dan sistem pangan, namun juga secara menyeluruh meliputi kesehatan saluran cerna, sanitasi, epigenetik, lingkungan rumah, lingkungan pembelajaran, hingga tingkat stres pada ibu hamil.

Baca juga: Rajawali Nusindo Pasok Telur dan Daging Ayam untuk Keluarga Risiko Stunting

Dalam studi tersebut, dilakukan asesmen pada ibu hamil dan anak berusia di bawah dua tahun dengan melibatkan bidan desa.

Penelitian tersebut juga menerapkan intervensi pemberian telur pada sebagian ibu hamil yang dibantu oleh tim penggerak PKK yang ada di desa.

Kabid PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Timur Rasyid Ridho mengatakan tim penggerak PKK, bidan desa, dan pendamping gizi berperan penting dalam penanggulangan stunting di daerahnya.

Dalam program sarapan bagi anak PAUD misalnya, Ridho mengatakan pihaknya melibatkan PKK untuk memastikan program tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Baca juga: Punya Peran Strategis, Masjid dan Tokoh Agama Diajak Atasi Stunting

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

Berbagai Ancaman Kerusakan Ekosistem Mangrove di Indonesia

LSM/Figur
APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta 'Eksportir Sustainable' di Ajang TEI 2024

APP Group Raih Penghargaan Primaniyarta "Eksportir Sustainable" di Ajang TEI 2024

Swasta
Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

Kualitas BBM di Indonesia Tertinggal Dibandingkan Negara Asia Tenggara

LSM/Figur
Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Ini Sejumlah Kendala dalam Mengejar Target Transisi Energi di Indonesia

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau