Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ni LuhPutu
PNS

Perekayasa Pertama - Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN

Inovasi Sampah Plastik Murah Menjadi Mewah

Kompas.com - 09/11/2024, 18:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAMPAH plastik telah menjadi salah satu isu paling mendesak di dunia saat ini. Tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh penjuru bumi, dampak negatif dari penggunaan plastik yang berlebihan memicu krisis lingkungan serius.

Konsumsi plastik serta produksi plastik yang terus meningkat berkontribusi pada besarnya sampah yang dihasilkan.

Sampah plastik, yang kerap kita anggap sepele, menyumbang polusi yang merusak ekosistem, mencemari lautan, dan membahayakan kehidupan mahluk hidup, termasuk manusia. Oleh karena itu, penanganan serius terhadap masalah ini sangat diperlukan.

Secara global, dari total plastik yang diproduksi, sebanyak 14 persen yang dapat dikelola dengan daur ulang, sebesar 14 persen lagi menjadi energi, sedangkan yang 72 persen terbuang ke TPA dan lingkungan (Kim et al., 2022).

Indonesia darurat sampah

Di Indonesia, situasi semakin mengkhawatirkan. Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SISPN) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, volume sampah nasional pada tahun 2023 mencapai lebih dari 38 juta ton per tahun, dengan 38,33 persen di antaranya atau sekitar 14,6 juta ton tidak terkelola.

Sebagian besar dari sampah ini merupakan sampah plastik, yang sudah melampaui 19 persen total komposisi sampah kota.

Sampah plastik menduduki urutan kedua terbesar, setelah sampah sisa makanan yang mencapai 39,82 persen. Dalam konteks ini, Indonesia telah memasuki kondisi kritis darurat sampah.

Paling tidak terdapat tiga faktor utama munculnya krisis akibat sampah ini. Pertama, sulitnya menemukan lahan baru untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kedua, pertumbuhan populasi yang pesat.

Ketiga, pola konsumsi yang tidak berkelanjutan mengakibatkan timbunan sampah terus meningkat.

Dari hulu hingga hilir, masalah sampah adalah tanggung jawab semua pihak. Pemerintah pusat dan daerah, industri atau produsen, serta masyarakat sebagai konsumen memiliki peranan penting dalam pengelolaan sampah.

Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah telah mengatur berbagai aspek dalam pengelolaan sampah, tapi implementasi yang konsisten dan berkesinambungan masih perlu ditingkatkan.

Potensi daur ulang

Sampah plastik yang tidak masuk ke dalam industri daur ulang adalah sampah plastik bernilai rendah atau disebut Low Value Plastic (LVP).

Salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan sampah plastik adalah limbah plastik bernilai rendah (LVP). Sampah jenis ini mencakup kemasan makanan dan snack, detergen, dan produk sachet yang sering kita gunakan sehari-hari.

Biaya pengumpulan dan pengolahan LVP sering kali lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari penjualan plastik yang didaur ulang. Hal ini menyebabkan banyak pihak enggan untuk mengelola sampah jenis ini.

Namun, di tengah tantangan tersebut, beberapa industri di Indonesia mulai mengembangkan teknologi untuk mengolah LVP menjadi material substitusi yang dapat digunakan dalam konstruksi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Dukung Pariwisata Berkelanjutan, Tiket.com Sediakan Fitur Tiket 'Green'

Dukung Pariwisata Berkelanjutan, Tiket.com Sediakan Fitur Tiket "Green"

Pemerintah
Violet Sun System Fasilitasi Perusahaan Italia Investasi PLTS di Kupang NTT

Violet Sun System Fasilitasi Perusahaan Italia Investasi PLTS di Kupang NTT

Swasta
Serba-serbi COP29: Tempat, Waktu, dan Agenda Utama

Serba-serbi COP29: Tempat, Waktu, dan Agenda Utama

LSM/Figur
Dorong Inklusi Keuangan dan Kesetaraan Gender bagi Pelaku UMKM, Kumpul Executive Lab Forum 2024 Digelar

Dorong Inklusi Keuangan dan Kesetaraan Gender bagi Pelaku UMKM, Kumpul Executive Lab Forum 2024 Digelar

Swasta
ADB Tingkatkan Pinjaman untuk Iklim Sebesar 7,2 Miliar Dollar AS

ADB Tingkatkan Pinjaman untuk Iklim Sebesar 7,2 Miliar Dollar AS

Swasta
Penggurunan Lahan: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Penggurunan Lahan: Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya

Pemerintah
Big Tech Beralih ke Energi Nuklir untuk Penuhi Teknologi AI

Big Tech Beralih ke Energi Nuklir untuk Penuhi Teknologi AI

Swasta
Pembiayaan Aksi Iklim Harus Dipandang sebagai Investasi

Pembiayaan Aksi Iklim Harus Dipandang sebagai Investasi

LSM/Figur
LinkedIn: Setengah Pekerjaan Ekonomi Hijau Tak Terisi Pada 2050

LinkedIn: Setengah Pekerjaan Ekonomi Hijau Tak Terisi Pada 2050

Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sebabkan Kerugian 2 Triliun Dollar AS Selama Dekade Terakhir

Cuaca Ekstrem Sebabkan Kerugian 2 Triliun Dollar AS Selama Dekade Terakhir

Pemerintah
The Star Summit 2024: Dukungan Penting Mempertahankan Talenta Perempuan di Tempat Kerja

The Star Summit 2024: Dukungan Penting Mempertahankan Talenta Perempuan di Tempat Kerja

Swasta
Rabu Biru Foundation: Indonesia Hadapi Tantangan Besar Bidang Kesehatan

Rabu Biru Foundation: Indonesia Hadapi Tantangan Besar Bidang Kesehatan

LSM/Figur
Microsoft Bikin Pusat Data dari Kayu untuk Atasi Jejak Karbon Teknologi

Microsoft Bikin Pusat Data dari Kayu untuk Atasi Jejak Karbon Teknologi

Pemerintah
Percepat Eliminasi TBC 2025, Menkes Targetkan 1 Juta Temuan Kasus

Percepat Eliminasi TBC 2025, Menkes Targetkan 1 Juta Temuan Kasus

Pemerintah
Pola Makan Tak Sehat Sebabkan Kerugian 8 Triliun Dollar AS Per Tahun

Pola Makan Tak Sehat Sebabkan Kerugian 8 Triliun Dollar AS Per Tahun

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau