KOMPAS.com - Laporan dari Kamar Dagang Internasional (ICC) mencatat cuaca ekstrem telah merugikan dunia sebesar 2 triliun dollar AS selama dekade terakhir.
Hasil tersebut didapat setelah melakukan analisis terhadap 4.000 peristiwa ekstrem terkait iklim, mulai dari banjir bandang hingga kekeringan.
“Data dari dekade terakhir menunjukkan dengan pasti bahwa perubahan iklim bukanlah masalah di masa depan. Kerugian produktivitas yang besar akibat peristiwa cuaca ekstrem dirasakan di sini dan sekarang oleh ekonomi riil," ungkap John Denton, sekretaris jenderal Kamar Dagang Internasional (ICC).
Dikutip dari Guardian, Selasa (12/11/2024) laporan tersebut menemukan tren kenaikan bertahap dalam biaya peristiwa cuaca ekstrem antara tahun 2014 dan 2023, dengan lonjakan pada tahun 2017 ketika musim badai aktif menghantam Amerika Utara.
Baca juga:
Selama satu dekade, laporan mencatat AS menderita kerugian ekonomi terbesar selama periode 10 tahun, sebesar 935 miliar dollar AS, diikuti oleh Tiongkok sebesar 268 miliar dollar AS dan India sebesar 112 miliar dollar AS.
Sementara Jerman, Australia, Prancis, dan Brasil semuanya masuk dalam 10 besar negara dengan kerugian ekonomi karena cuaca ekstrem.
Kerusakan iklim juga bertanggung jawab atas lebih dari separuh dari 68.000 kematian akibat panas selama musim panas terik di Eropa tahun 2022.
Ilan Noy, seorang ekonom bencana di Victoria University of Wellington, yang tidak terlibat dalam studi ICC, mengatakan temuan angka kerugian selaras dengan penelitian sebelumnya.
Namun ia memperingatkan bahwa data yang mendasarinya tidak menangkap gambaran lengkap.
"Peringatan utamanya adalah bahwa angka-angka ini sebenarnya tidak mencerminkan dampak yang sebenarnya penting yaitu di masyarakat miskin dan di negara-negara rentan," katanya.
Menurutnya, sebagian besar dampak yang dihitung terjadi di negara-negara berpendapatan tinggi. Di sana nilai aset jauh lebih tinggi dan angka kematian seperti akibat gelombang panas dihitung jauh lebih besar.
Baca juga:
“Jelas, hilangnya rumah dan mata pencaharian di masyarakat miskin di negara-negara miskin lebih dahsyat dalam jangka panjang daripada kerugian di negara-negara kaya di mana negara mampu dan bersedia membantu pemulihan,” paparnya.
Lebih lanjut, ICC mendesak para pemimpin dunia untuk bertindak lebih cepat untuk memperoleh pendanaan bagi negara-negara yang membutuhkan bantuan supaya dapat menahan guncangan cuaca buruk.
“Setiap dolar yang dikeluarkan pada akhirnya merupakan investasi dalam ekonomi global yang lebih kuat dan tangguh yang akan memberikan manfaat bagi kita semua,” kata Denton.
sumber https://www.theguardian.com/business/2024/nov/11/extreme-weather-cost-2tn-globally-over-past-decade-report-finds
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya