Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emisi Karbon Global Pecahkan Rekor Baru pada 2024

Kompas.com - 14/11/2024, 15:43 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Emisi karbon global dari bahan bakar fosil telah mencapai rekor tertinggi pada 2024 dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Peneliti menemukan bahwa manusia membuang 41,2 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer pada 2024. Angka itu meningkat 0,8 persen dari tahun 2023.

Namun jika ditambahkan dengan emisi yang dihasilkan oleh perubahan penggunaan lahan, seperti penggundulan hutan, total 45,8 miliar ton karbon dioksida dilepaskan pada tahun 2024.

Pada tingkat tersebut, peneliti pun memperkirakan ada peluang 50 persen bahwa pemanasan global akan secara konsisten melampaui target pemanasan 1,5 derajat Celsius yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris dalam waktu sekitar 6 tahun.

Baca juga:

"Dampak perubahan iklim menjadi semakin dramatis, namun kita masih belum melihat tanda-tanda bahwa pembakaran bahan bakar fosil telah mencapai puncaknya," kata penulis utama studi Pierre Friedlingstein dari Universitas Exeter, Inggris.

"Waktu hampir habis untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris dan para pemimpin dunia yang bertemu di COP29 harus melakukan pemangkasan cepat dan mendalam terhadap emisi bahan bakar fosil untuk memberi kita kesempatan untuk tetap berada di bawah pemanasan 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri," papar Friedlingstein lagi.

Kenaikan Emisi Hingga Akhir Tahun

Seperti dikutip dari Live Science, Kamis (14/11/2024) untuk mencapai target Perjanjian Paris, emisi gas rumah kaca global harus dikurangi hingga 45 persen pada tahun 2030 dan dipangkas menjadi nol bersih pada tahun 2050.

Namun, pada akhir tahun ini, emisi dari minyak dan gas diproyeksikan meningkat masing-masing sebesar 0,9 persen dan 2,4 persen, dibandingkan dengan tahun lalu.

Sementara emisi dari batu bara, yang pernah diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2014, akan naik sebesar 0,2 persen.

Emisi diprediksi meningkat di India sebesar 4,6 persen dan di Tiongkok sebesar 0,2 persen sementara di Uni Eropa menurun sebesar 3,8 persen dan AS sebesar 0,6 persen.

Emisi di seluruh dunia diperkirakan meningkat sebesar 1,1 persen.

Baca juga:

Meskipun hasilnya suram, peneliti mencatat bahwa beberapa tindakan telah diambil untuk mengalihkan ekonomi dari bahan bakar fosil.

"Meskipun emisi global meningkat lagi tahun ini, data terbaru menunjukkan bukti aksi iklim yang meluas dengan meningkatnya penetrasi energi terbarukan dan mobil listrik yang menggantikan bahan bakar fosil. Selain itu penurunan emisi deforestasi dalam beberapa dekade terakhir dikonfirmasi untuk pertama kalinya," kata Corinne Le Quéré, salah satu penulis studi ini dan juga seorang profesor ilmu iklim di University of East Anglia di Inggris.

Namun perubahan bertahap tersebut tidak akan menghasilkan perubahan dramatis yang diperlukan untuk mengurangi separuh produksi CO2 global pada akhir dekade ini.

"Sampai kita mencapai emisi CO2 nol bersih secara global, suhu dunia akan terus meningkat dan menyebabkan dampak yang semakin parah," kata Friedlingstein.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau