KOMPAS.com - Laporan dari ActionAid menunjukkan industri yang mendorong krisis iklim seperti bahan bakar fosil dan industri pertanian, menguras dana publik di negara-negara di negara-negara berkembang.
Laporan itu menyebut jumlahnya mencapai lebih dari 600 miliar dollar AS setiap tahunnya. Angka yang mengejutkan ini setara dengan 3,5 kali biaya sekolah untuk semua anak di sub-Sahara Afrika.
Mengutip Citinewsroom, Sabtu (21/9/2024) laporan berjudul “How the Finance Flows: Corporate Capture of Public Finance Fuelling the Climate Crisis in the Global South” ini menyoroti subsidi rata-rata tahunan sebesar 438,6 miliar dollar AS didanai publik untuk sektor bahan bakar fosil antara tahun 2016 hingga 2023.
Baca juga: Lego Ganti Bahan Bakar Fosil dengan Plastik Terbarukan untuk Produknya
Sementara itu, sektor pertanian telah menerima rata-rata 238 miliar dollar AS setiap tahunnya dalam bentuk subsidi yang didanai publik antara tahun 2016 dan 2021.
Penulis laporan tersebut berpendapat bahwa pengambilalihan keuangan publik oleh korporasi ini secara aktif merusak kebutuhan negara-negara yang rentan terhadap iklim dan komitmen iklim global.
Mereka menyerukan pengalihan keuangan publik menuju transisi yang adil dari bahan bakar fosil dan pertanian industri, menuju solusi iklim yang berorientasi melindungi hak-hak rakyat atas pangan, energi, dan mata pencaharian.
“Laporan ini mengungkap perilaku parasit perusahaan-perusahaan yang menguras kehidupan dari negara Global South dengan menyedot dana publik dan memicu krisis iklim," ungkap Sekretaris Jenderal ActionAid, Arthur Larok.
Baca juga: Penerapan CCS/CCUS Bakal Melanggengkan Penggunaan Bahan Bakar Fosil
Ia pun berpendapat sudah saatnya siklus tersebut dihentikan untuk mengakhiri krisis iklim.
"Industri yang merusak iklim menguras dana publik di belahan bumi selatan yang seharusnya mereka gunakan untuk mengatasi krisis iklim," papar Teresa Anderson, Pemimpin Global Keadilan Iklim ActionAid International.
"Kurangnya pendanaan publik berarti di negara-negara yang rentan terhadap iklim, energi terbarukan hanya menerima pendanaan publik 40 kali lebih sedikit daripada sektor bahan bakar fosil," tambah Anderson.
Ia juga menyampaikan untuk melawan dan memperbaiki aliran keuangan yang memicu krisis iklim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya