KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap kelompok rentan termasuk anak-anak yang dapat terdampak dalam masa pertumbuhannya.
Selain itu, pemerintah juga mendorong memasukkan generasi muda dalam pertimbangan kebijakan.
Hal tersebut disampaikan Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Bidang Industri dan Perdagangan Internasional Novia Widyaningtyas dalam diskusi di Paviliun Indonesia KTT Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, Senin (18/11/2024).
Baca juga: Status Gizi Ibu dan Anak Jadi Penentu Kualitas SDM
Novia mengatakan, Indonesia telah meluncurkan Analisis Lanskap Iklim untuk Anak-anak di Indonesia dalam upaya mengidentifikasi dampak perubahan iklim secara khusus kepada anak-anak.
Dia menuturkan, anak-anak yang tinggal di wilayah yang belum berkembang lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim.
"Anak-anak bergantung kepada orang dewasa, kondisi sosial ekonomi orang dewasa berdampak kepada pertumbuhan anak-anak," kata Novia, sebagaimana dilansir Antara.
Oleh karena itu, Indonesia mendorong peningkatan resiliensi anak-anak secara khusus mereka yang berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi lemah yang lebih rentan terhadap perubahan iklim.
Baca juga: Unesco Sebut 251 Juta Anak di Seluruh Dunia Masih Putus Sekolah
Dampak perubahan iklim itu terutama akan dihadapi dalam hal memenuhi kebutuhan makanan yang bernutrisi, air bersih, dan sanitasi.
Oleh karena itu kebijakan pemerintah harus mempertimbangkan aspek tersebut dalam menghadapi dampak dari perubahan iklim kepada anak-anak.
Dalam Analisis Lanskap Iklim untuk Anak-anak di Indonesia, ada beberapa rekomendasi yang diajukan.
Beberapa di antaranya adalah advokasi dan penyadaran pengarusutamaan hak anak dalam kebijakan dan program, koordinasi dan kolaborasi upaya penganan risiko iklim lintas kebijakan dan program, serta manajemen pengetahuan dan bukti terkait hubungan iklim dan kesejahteraan anak untuk program yang lebih baik.
Baca juga: AMJI 2024: Puluhan Ribu Anak Muda Indonesia Bersatu Lawan Krisis Iklim
Selain itu, ada pula rekomendasi untuk penguatan sistem meningkatkan ketahanan terhadap risiko iklim.
Rekomendasi lainnya adalah menyediakan platform memungkinkan keterlibatan kaum muda dalam aksi iklim, lingkungan, dan energi; serta penguatan pendataan dan sistem peringatan dini.
"Anak-anak dan generasi muda harus dianggap sebagai pemangku kepentingan yang vital berkontribusi terhadap kesuksesan aksi iklim Indonesia di masa depan," jelas Novia.
Baca juga: UNICEF: Pendidikan Anak Usia Dini Jadi Momen Emas bagi Pertumbuhan Anak
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya