Asia Tenggara merupakan kawasan yang secara historis bergantung pada bahan bakar fosil impor.
Nah, pemanfaatan BESS ini kemudian dapat menawarkan model energi terdesentralisasi yang memberdayakan negara-negara untuk memanfaatkan sumber daya terbarukan mereka yang melimpah.
Bisa dikatakan, BESS menghadirkan peluang bagi Asia Tenggara untuk melampaui keterbatasan infrastruktur energi tradisional dan merangkul masa depan energi yang berkelanjutan.
Saat kawasan tersebut bergulat dengan urbanisasi dan industrialisasi yang cepat, BESS pun memungkinkan solusi energi modular yang dapat diskalakan yang dengan cepat beradaptasi dengan kebutuhan yang terus berkembang.
Baca juga: Desentralisasi Energi Baru Terbarukan di Desa
Dengan kata lain, melengkapi sistem infrastruktur lama dengan teknologi BESS akan memperkuat ketahanan dan mengurangi kerentanan negara Asia Tenggara terhadap energi sekaligus menyelaraskan dengan tujuan pengurangan emisi karbon.
Namun tentu saja perlu kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat supaya mempercepat adopsi BESS melalui inovasi, investasi, dan berbagi pengetahuan, yang mendorong masa depan energi yang lebih bersih dan inklusif.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya