Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Kompas.com, 20 November 2024, 18:42 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber ESG News

KOMPAS.com - IBM merilis Laporan Kesiapan Keadaan Keberlanjutan 2024 yang mengungkap bahwa 88 persen pemimpin bisnis berencana untuk meningkatkan investasi teknologi informasi untuk keberlanjutan selama 12 bulan ke depan.

Hasil tersebut didapat setelah menyurvei 2.790 pemimpin bisnis di 15 industri di sembilan negara antara April dan Mei 2024.

Laporan menggaris bawahi potensi pertumbuhan investasi teknologi yang berfokus pada keberlanjutan, khususnya dengan adopsi kecerdasan buatan (AI) dan pengukuran kemajuan keberlanjutan.

Selain itu laporan juga berfungsi sebagai road map bagi pemimpin yang ingin mengubah ambisi keberlanjutan menjadi tindakan melalui investasi teknologi yang ditargetkan.

Baca juga:

Potensi AI

Seperti dikutip dari ESG News, Rabu (20/11/2024) sebanyak 90 persen eksekutif yang disurvei pun melihat AI sebagai kekuatan positif untuk memenuhi tujuan keberlanjutan.

Tetapi laporan menyebut 56 persen organisasi belum memanfaatkan AI untuk tujuan tersebut.

Perencanaan keuangan dicatat sebagai hambatan utama untuk berinvestasi dalam solusi teknologi informasi yang berkelanjutan.

Misalnya saja, sebanyak 48 persen perusahaan mengungkapkan investasi teknologi informasi bersifat satu kali dan bukan bagian dari anggaran rutin.

Kesulitan Mengukur Keberlanjutan

Selain itu, mengukur hasil keberlanjutan juga menjadi tantangan utama, dengan 50 persen pemimpin mengutip data yang belum matang untuk indikator kinerja utama (KPI).

KPI umum meliputi konsumsi energi terbarukan, total penggunaan energi, dan tingkat daur ulang.

“Baik organisasi yang ingin memulai perjalanan keberlanjutan mereka atau sudah memiliki pengalaman dalam hal ini, pengumpulan dan pengklasifikasian data secara akurat sangat penting untuk mengembangkan praktik yang lebih berkelanjutan,” kata Kendra DeKeyrel, VP, ESG & Asset Management Products Leader di IBM.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa para pemimpin bisnis memahami pentingnya pendekatan berbasis data terhadap keberlanjutan dan bersedia berinvestasi dalam teknologi untuk mempercepat proses ini," tambahnya.

Baca juga:

Kesenjangan Persepsi

Laporan juga menyoroti kesenjangan antara para pemimpin C-suite dan para pengambil keputusan tingkat bawah mengenai ekspektasi keberlanjutan.

Sementara 67 persen eksekutif puncak memandang upaya ketahanan iklim mereka sebagai proaktif, hanya 56 persen direktur dan VP yang memiliki pandangan tersebut.

Kesenjangan persepsi ini mencakup area seperti risiko keuangan, infrastruktur fisik, dan rantai pasokan.

Laporan IBM pun menyarankan langkah-langkah yang dapat ditindaklanjuti bagi organisasi, salah satunya adalah investasi dalam solusi AI yang disesuaikan.

Maksudnya adalah menggunakan AI generatif untuk mengidentifikasi peluang pengurangan karbon dan merancang skenario bisnis yang berkelanjutan.

Selain itu meningkatkan pengumpulan data untuk menjembatani kesenjangan persepsi. Misalnya dengan menggunakan alat pengumpulan dan analisis data yang komprehensif untuk memastikan keselarasan di seluruh tingkat organisasi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
CIMB Niaga Salurkan 'Green Financing' Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
CIMB Niaga Salurkan "Green Financing" Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
Swasta
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Pemerintah
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
LSM/Figur
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
LSM/Figur
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
Pemerintah
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau