KOMPAS.com - Conference of Parties (COP) 29 tidak kunjung menyepakati pendanaan iklim, karena rancangan naskah kesepakatan menuai kritik dari berbagai negara. Padahal, COP29 akan ditutup pada Jumat (22/11/2024).
Dokumen itu menunjukkan, masih banyak persoalan yang belum terselesaikan antara lain jumlah dana yang akan diinvestasikan setiap tahun, siapa, dan berapa banyak negara yang berkontribusi.
"Semua ini berubah menjadi tontonan yang tragis, pertunjukan lucu. Karena ketika kami mencapai menit-menit terakhir, kami selalu mendapatkan teks yang sangat lemah," kata perwakilan Panama Juan Carlos Monterrey Gomez dikutip dari The Hindu, Jumat (22/11/2024).
Baca juga:
Sebelumnya, tuan rumah COP29, Azerbaijan, telah merilis naskah rencana kesepakatan setebal 21 halaman. Akan tetapi, dokumen terbaru hanya berisi 10 halaman dengan menghilangkan sejumlah pilihan dan merangkum perbedaan posisi antarnegara.
Disebutkan bahwa negara berkembang menginginkan pendanaan berupa hibah. Sedangkan negara maju ingin memperluas sumber pembiayaannya, termasuk kontribusi dari pihak lain agar masuk ke target pendanaan.
Negara-negara berkembang membutuhkan pendanaan 1 triliun dollar AS untuk mengatasi krisis iklim. Namun, rancangan dokumen hanya ditulis "X", bukan angka yang telah ditetapkan.
“Yang terpenting, naskah tersebut tidak memuat angka yang menentukan skala pendanaan iklim di masa depan," ucap pakar diplomasi iklim di Asia Society Policy Institute Li Shuo.
Baca juga: COP29: Teknologi Digital dan AI Dapat Tingkatkan Aksi Iklim
Shuo mengaku tak heran, lantaran negara pendonor utama, termasuk Uni Eropa menyatakan ingin mengetahui lebih lanjut soal struktur dan dasar kontributor. Sehingga mereka dapat mendiskusikan seberapa besar bantuan yang dapat diberikan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya