KOMPAS.com - Analisis baru dari CDP telah mengungkapkan bahwa hampir setengah dari perusahaan di seluruh dunia tidak menggunakan listrik terbarukan.
CDP adalah lembaga nirlaba global yang menjalankan sistem pengungkapan lingkungan dunia.
Seperti dikutip dari Edie, Kamis (21/11/2024) dalam analisnya, CDP menilai lebih dari 9500 perusahaan di seluruh dunia.
Analisis menemukan hampir setengah dari perusahaan yang dianalisis tidak membeli listrik terbarukan sama sekali dan hanya 10 persen dari perusahaan yang dianalisis bertujuan untuk mengonsumsi 100 persen listrik terbarukan.
Batas waktu target untuk mencapai 100 persen penggunaan energi terbarukan sendiri adalah 2033.
Perusahaan besar cenderung menetapkan target yang terikat dengan waktu tersebut.
Tetapi UMKM umumnya hanya menggunakan listrik terbarukan yang hanya cukup untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan mereka saja.
Baca juga: Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara
CDP pun menyimpulkan bahwa jika sektor swasta ingin memainkan perannya dalam mendukung peningkatan tiga kali lipat pemanfaatan kapasitas energi terbarukan secara global pada 2030 maka perlu perubahan yang jauh lebih besar dan cepat dalam perilaku pasar.
"Sebagian besar perusahaan masih bergerak terlalu lambat dalam hal listrik terbarukan, meskipun itu demi kepentingan bisnis mereka untuk melakukannya", kata direktur perubahan iklim CDP Amir Sokolowski.
"Data kami menyoroti potensi yang sangat besar dan belum dimanfaatkan dalam penggunaan energi terbarukan perusahaan. Jalan ke depan menuntut perusahaan dari semua ukuran memprioritaskan penggunaan energi terbarukan yang dapat diverifikasi di samping target efisiensi energi. Tanpa ini, transisi energi global berisiko terhenti," tambahnya.
Perusahaan yang membeli listrik dalam jumlah besar pun juga perlu berbuat banyak untuk memimpin dan memberi contoh karena mereka memiliki kemampuan untuk mengubah pasar listrik.
Target Efisiensi Energi
Analisis CDP selanjutnya menemukan bahwa kurang dari 5 persen perusahaan telah menetapkan target efisiensi energi yang terikat waktu.
Baca juga: 5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29
Hal tersebut bisa membuat bisnis kehilangan banyak peluang untuk memangkas biaya energi dan jejak karbon mereka.
Badan Energi Internasional (IEA) telah merekomendasikan bahwa tingkat intensitas energi primer global (bagaimana efisiensi energi diukur) harus meningkat sebesar 4 persen setiap tahun pada dekade ini untuk mendukung transisi sektor energi global ke nol-bersih pada tahun 2050.
Tetapi tingkat peningkatan kemungkinan hanya 1 persen tahun ini.
Peningkatan ini adalah tingkat yang sama yang terlihat pada tahun 2023, dan lebih rendah dari tingkat rata-rata yang tercatat antara tahun 2010 dan 2019.
Menurut Badan tersebut, kemajuan sebagian besar didorong oleh kebijakan tingkat nasional saat ini. Hal tersebut memberikan banyak ruang bagi sektor swasta untuk meningkatkan diri secara sukarela.
sumber https://www.edie.net/95-of-companies-have-no-energy-efficiency-targets-and-most-source-no-renewable-electricity/
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya