KOMPAS.com - Data terbaru United Nations Children's Fund (UNICEF) menunjukkan, sebanyak 650 anak di Myanmar terbunuh ataupun mengalami cacat sepanjang 2024.
Mengutip laman UN News, Jumat (22/11/2024), kondisi anak-anak di Myanmar makin terpuruk karena konflik hingga bencana iklim.
"Meningkatnya penggunaan senjata mematikan di wilayah sipil termasuk rumah, sekolah, dan rumah sakit telah membuat anak-anak hampir tidak memiliki tempat yang aman," ujar Wakil Direktur Eksekutif UNICEF Ted Chaiban.
Baca juga:
Serangan di kompleks gereja di Negara Bagian Kachin, misalnya, menewaskan tujuh anak-anak dan dua orang dewasa saat sedang bermain sepak bola.
Sementata itu, UNICEF mencatat lebih dari 3,4 juta orang mengungsi ke negara lain. Dari total itu, 40 persen di antaranya merupakan anak-anak.
“Saya melihat langsung betapa rentannya anak-anak dan warga sipil lainnya di daerah yang terkena dampak konflik,” ungkap Chaiban.
Situasi ini makin diperparah dengan cuaca ekstrem. UNICEF mengatakan, peristiwa topan Yagi menyebabkan anak-anak putus sekolah, sulit mengakses fasilitas kesehatan, maupun layanan vital lainnya.
Dia pun meminta agar pihak terkait menegakkan hukum humaniter internasional, serta melindungi anak-anak dari serangan saat konflik terjadi.
"Akses (bantuan) masih dibatasi karena konflik bersenjata yang sedang berlangsung, kondisi yang tidak aman, birokrasi, kurangnya telekomunikasi serta alat pelindung diri,” tutur Chaiban.
Di samping itu, UNICEF baru mendapatkan dana kurang dari 25 persen dari yang diajukan. Meski begitu, UNICEF dan mitra kemanusiaan lainnya tetap berupaya memberikan layanan ke wilayah yang sulit dijangkau.
Baca juga:
Dia pun meminta agar negara-negara lain dapat membantu pendanaan, advokasi, dan solidaritas untuk anak-anak di Myanmar.
“Biayanya (pendanaan) tidak terlalu tinggi. Anak-anak Myanmar tidak bisa lagi menunggu," ucap dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya