KOMPAS.com - Pendanaan senilai 12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 191 triliun dijanjikan untuk berbagai upaya mengatasi kekeringan, pemulihan lahan, dan penanggulangan degradasi.
Janji tersebut terjalin pada hari kedua Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) Convention to Combat Desertification (UNCCD) di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (3/12/2024).
Dari angka tersebut, forum negara-negara kawasan Arab atau Arab Coordination Group menjadi pihak yang paling besar menggelontorkan dana dengan nilai 10 miliar dollar AS.
Baca juga: COP16 Riyadh: Pembicaraan Tinggi Lawan Degradasi Lahan Dimulai
Pendanaan dari Arab Coordination Group tersebut berasal Kemitraan Ketahanan Kekeringan Global Riyadh yang diluncurkan sebelumnya pada hari pertama COP16 Riyadh, Senin (2/12/2024).
Selain itu, negara-negara eksportir minyak atau OPEC dan Bank Pembangunan Islam masing-masing berkomitmen memberikan pendanaan sebesar 1 miliar dollar AS untuk Kemitraan Ketahanan Kekeringan Global Riyadh.
Deputi Menteri Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup, Air dan Pertanian Arab Saudi sekaligus Penasihat Presidensi UNCCD COP16 Osama Faqeeha mengatakan, besarnya janji pendanaan tersebut akan menambah daya upaya melawan kekeringan dan degradasi lahan.
"Saya berharap ini hanyalah permulaan, dan selama beberapa hari dan minggu mendatang, kita melihat kontribusi lebih lanjut dari mitra sektor publik dan swasta internasional, yang selanjutnya memperkuat dampak dari inisiatif ketahanan kekeringan dan pemulihan lahan yang vital," ucap Faqeeha.
Baca juga: Konferensi Melawan Penggurunan COP16: Tempat, Waktu, dan Agenda Utama
Dia menuturkan, pendanaan internasional untuk mengatasi kekeringan dan degradasi lahan memang membutuhkan biaya tambahan yang mendesak.
"Mengalihkan lebih banyak bantuan asing, seperti dana Bantuan Pembangunan Resmi, untuk memerangi degradasi lahan, kekeringan, dan penggurunan akan menjadi salah satu mekanisme keuangan yang dapat segera dibuka oleh komunitas internasional untuk memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan di negara-negara yang paling terdampak," ucap Faqeeha.
Pada hari kedua COP16 Riyadh, UNCCD juga merilis laporan penilaian kebutuhan keuangan merinci persyaratan pendanaan terbaru untuk mengatasi degradasi lahan, kekeringan, dan penggurunan.
Temuan tersebut mengungkap kesenjangan pendanaan yang cukup besar untuk upaya pemulihan lahan internasional.
Berdasarkan target UNCCD, investasi tahunan yang dibutuhkan untuk tahun 2025–2030 diperkirakan mencapai 355 miliar dollar AS.
Baca juga: Indonesia Akhirnya Dukung Pembentukan Badan Permanen Masyarakat Adat dalam COP16
Namun, investasi yang diproyeksikan untuk periode yang sama hanya berjumlah 77 miliar dollar AS per tahun.
Itu artinya, dunia masih butuh 278 miliar dollar AS yang perlu dimobilisasi untuk memenuhi tujuan UNCCD dalam upaya pemulihan lahan.
Laporan tersebut juga merinci kurangnya investasi dalam pemulihan lahan dan ketahanan kekeringan dari sektor swasta.
Sektor swasta diperkirakan hanya menyumbang 6 dari pendanaan global.
Padahal, UNCCD memperkirakan investasi terhadap pemulihan lebih dari satu miliar hektar lahan dapat menghasilkan hingga 1,8 triliun dollar AS per tahun.
Baca juga: Dunia Butuh 2,6 Triliun Dollar AS Pulihkan Lahan Terdegradasi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya