Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

Kompas.com - 05/12/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Dunia membutuhkan investasi sebesar 307 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4,8 kuadriliun per tahun untuk pengelolaan lahan dan air yang berkelanjutan.

Apabila lahan dibiarkan terus terdegradasi dan manajemen air tidak diperbaiki, kerusakan lingkungan akan terjadi hingga menyebabkan kekeringan parah yang berdampak terhadap tiga dari empat penduduk Bumi pada 2050.

Temuan tersebut mengemuka dalam laporan terbaru United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD) berjudul Economics of drought: investing in nature-based solutions for drought resilience yang diluncurkan dalam Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) di Riyadh.

Baca juga: Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

COP16 digelar di Riyadh, Arab Saudi, pada 2-13 Desember dengan mengusung tema Our Land Our Future atau Tanah Kita Masa Depan Kita.

Deputi Sekretaris Eksekutif UNCCD Andrea Meza mengatakan, untuk mengatasi hal tersebut, mengelola lahan dan air secara berkelanjutan sangat penting.

Pengelolaan yang berkelanjutan dapat meningkatkan ekonomi dan membangun ketahanan bagi masyarakat yang terus-menerus menghadapi siklus kekeringan di seluruh dunia.

Meza menyampaikan, investasi tahunan tersebut perlu dialokasikan untuk pengelolaan yang berkelanjutan melalui solusi berbasis alam atau nature-based solutions.

Salah satu contohnya adalah pemulihan fungsi ekosistem dan kesehatan tanah guna meningkatkan aliran, penyimpanan, dan pasokan air.

Contoh lainnya adalah reboisasi, pengelolaan ladang penggembalaan berkelanjutan, serta pengelolaan, pemulihan, dan konservasi daerah aliran sungai.

Baca juga: COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

"Laporan tersebut menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk mengakui biaya kekeringan yang sangat besar dan dapat dicegah, serta memanfaatkan solusi proaktif dan berbasis alam untuk mengamankan pembangunan manusia dalam batas-batas planet," kata Meza.

Laporan tersebut juga memaparkan bukti bagaimana pengelolaan berkelanjutan melalui solusi berbasis alam terbukti berhasil mengatasi kekeringan dan meningkatkan perekonomian.

Meza menyampaikan, degradasi lahan dan kekeringan yang terjadi saat ini tak lepas dari berbagai aktivitas menusia, seperti urbanisasi, penggundulan hutan, serta pengambilan air permukaan dan air tanah yang berlebihan.

Dia menambahkan, hal tersebut berarti kekeringan tidak hanya disebabkan oleh kurangnya hujan, tetapi juga oleh cara kita memperlakukan sumber daya lahan dan air kita.

"Dengan demikian, risiko kekurangan air serta kekeringan dan banjir yang berulang dapat dan harus dikelola melalui kebijakan, insentif, dan investasi yang memadai dalam modal alam kita," tutur Meza.

Di satu sisi, dunia juga menghadapi krisis iklim yang berpenganruh terhadap tutupan lahan serta mengurangi cadangan air tawar.

Baca juga: Keterlibatan Perempuan dalam Pengelolaan Lahan Mutlak Diperkuat

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemprov DKI Pasang 111 Alat Pemantau Kualitas Udara, Bisa Diakses Lewat JAKI

Pemerintah
KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

KG Media Hadirkan Lestari Awards sebagai Ajang Penghargaan ESG

Swasta
Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Tren Investasi Properti Indonesia Mengarah ke Keberlanjutan

Pemerintah
Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

Ahli Yakin Harimau Jawa Tak Mungkin Masih Ada dengan Kondisi Saat Ini

LSM/Figur
Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

Gapki Antisipasi Kebakaran Lahan Sawit Jelang Musim Kemarau

LSM/Figur
Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Menteri LH: Gangguan Lingkungan di Pulau Kecil Masif akibat Tambang

Pemerintah
Kadar Arsenik di Beras Naik, Kesehatan Masyarakat di Asia Terancam

Kadar Arsenik di Beras Naik, Kesehatan Masyarakat di Asia Terancam

LSM/Figur
Perkuat Kelas Internasional dan Kajian Sustainability, IPB Gandeng Kasetsart University

Perkuat Kelas Internasional dan Kajian Sustainability, IPB Gandeng Kasetsart University

Pemerintah
Kurangi Pencemaran Udara, Indonesia Harus Upgrade Kualitas Bahan Bakar

Kurangi Pencemaran Udara, Indonesia Harus Upgrade Kualitas Bahan Bakar

LSM/Figur
Hitachi Energy-AWS Percepat Inovasi Jaringan Cloud dan Transisi Energi

Hitachi Energy-AWS Percepat Inovasi Jaringan Cloud dan Transisi Energi

Swasta
Perubahan Iklim Ancam Situs Arkeologi di Pesisir

Perubahan Iklim Ancam Situs Arkeologi di Pesisir

Pemerintah
Hujan Berpotensi Jadi Sumber Listrik Ramah Lingkungan Skala Besar

Hujan Berpotensi Jadi Sumber Listrik Ramah Lingkungan Skala Besar

Pemerintah
Pemilik Konsesi Sawit Bisa Kena Pidana jika Tak Mitigasi Kebakaran Lahan

Pemilik Konsesi Sawit Bisa Kena Pidana jika Tak Mitigasi Kebakaran Lahan

Pemerintah
Krisis Pekerja Hijau Landa Dunia, Transisi  Berisiko Terhambat

Krisis Pekerja Hijau Landa Dunia, Transisi Berisiko Terhambat

Pemerintah
Menteri LH Wanti-wanti Pengusaha soal Kebakaran Lahan Sawit Saat Kemarau

Menteri LH Wanti-wanti Pengusaha soal Kebakaran Lahan Sawit Saat Kemarau

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau