KOMPAS.com - Lebih dari 3,2 miliar orang di dunia terdampak degrdasi lahan. Mayoritas dari mereka merupakan perempuan.
Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Isu Air Retno Marsudi mengatakan, wanita menjadi pihak yang paling terdampak degradasi lahan dan kekeringan.
Bahkan, anak perempuan terpaksa keluar sekolah dan dipaksa menikah dini karena tekanan ekonomi akibat tekanan ekonomi yang disebabkan degradasi lahan.
Baca juga: COP16 Riyadh Hasilkan Janji Rp 191 Triliun Atasi Kekeringan dan Degradasi Lahan
Hal tersebut disampaikan Retno dalam sebagai salah satu pembicara dalam salah satu sesi Konferensi Para Pihak ke-16 (COP16) Convention to Combat Desertification (UNCCD) di Riyadh, Arab Saudi, Rabu (4/12/2024).
Di sisi lain, keterlibatan wanita dalam mengatasi degradasi lahan masih belum maksimal. Padahal kontribusi mereka tidak bisa dipandang sebelah mata.
"Kita membutuhkan perubahan paradigma yang radikal terhadap wanita. Kita harus menjadikan wanita sebagai agen manajemen tanah," kata Retno.
Dia menuturkan, berbagai laporan telah menyebutkan bahwa wanita yang memiliki akses terhadap lahan dapat meningkatkan produktivitasnya menjadi lebih baik.
Baca juga: Pertamina NRE Lakukan Penanaman Pohon di Lahan Kritis Lampung
Selain itu, wanita juga cenderung memutuskan pengelolaan lahan dengan lebih berkelanjutan seperti lebih sedikit dalam menggunakan pestisida kimia.
"Beberapa contoh terseut bisa menjadi dasar untuk semakin meningkatkan keterlibatan wanita," ucap Retno.
Duta Besar Niger untuk Italia Fatimata Cheiffou menyampaikan, wanita masih menghadapi berbagai tantangan dalam pengelolaan lahan.
Berbagai tantangan tersebut meliputi terbatasnya akses terhadap lahan dan kurangnya keterwakilan mereka di level pengambil keputusan.
Baca juga: Mengenal Land Degradation Neutrality, Upaya Dunia Melawan Degradasi Lahan
Padahal wanita, khususnya di daerah terpencil, bisa menjadi bagian yang transformatif dalam melawan degradasi lahan dan dalam kasus esktrem penggurunan.
"Kita punya kekuatan untuk mengubah itu semua," papar Cheiffou.
Menurut Cheiffou, setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi wanita dalam mengelola lahan.
Pertama, memastikan akses dan kepemilikan tanah yang adil kepada wanita.
Kedua, meningkatkan inisiatif investasi yang menyasar wanita.
Ketiga, meningkatkan keterwakilan mereka di level pembuat kebijakan untuk memperkuat kebijakan.
Baca juga: Mengenal Land Degradation Neutrality, Upaya Dunia Melawan Degradasi Lahan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya