Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andalkan Penyerap Karbon Alami Tidak Akan Mengurangi Emisi CO2

Kompas.com - 10/12/2024, 17:14 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber knowesg

KOMPAS.com - Tim ilmuwan internasional memperingatkan bahwa negara-negara yang terlalu bergantung pada penyerap karbon alami seperti hutan, lautan, dan tanah, tidak akan mengimbangi emisi dari bahan bakar fosil.

Penyerap karbon alami memang dapat menyerap setengah dari emisi manusia setiap tahunnya. Penyerap karbon ini bahkan menjadi bagian dari kebijakan dan rencana pemerintah untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius.

Namun, seperti dikutip dari Know ESG, Selasa (10/12/2024) ilmuwan menyebut pendekatan ini kurang tepat dan malah membuat pemerintah menyalahgunakannya dan membuat mereka seolah tampak lebih dekat mencapai tujuan iklim daripada yang sebenarnya.

Mengapa demikian?

Menurut studi ini, ilmuwan menyoroti perlunya 'nol bersih geologis' yang berarti emisi harus dihilangkan melalui teknologi atau proses buatan manusia, daripada bergantung sepenuhnya pada penyerap karbon alami.

Pasalnya, beberapa hal di luar kendali bisa terjadi saat bergantung pada penyerap karbon alami.

Baca juga:

Contohnya saja begini, saat stabilitas penyerap karbon alami dipertaruhkan, pada tahun 2023 karena gelombang panas dan tekanan lain, akhirnya membuat ekosistem gagal menyerap karbon sehingga tidak berfungsi sama sekali.

Laporan tersebut akhirnya menyerukan pemerintah untuk membuat perubahan yang diperlukan dalam industri untuk menurunkan jejak karbon mereka.

Mereka juga mendesak pemerintah dan pembuat kebijakan untuk mendefinisikan tujuan nol emisi bersih dengan lebih jelas pada konferensi mendatang.

"Kita harus melindungi hutan dan lautan kita karena kita membutuhkannya untuk menyediakan layanan penyerap karbon agar emisi nol bersih dapat terwujud serta menghentikan pemanasan global," kata Myles Allen dari departemen fisika Universitas Oxford, Inggris.

"Namun kita juga harus tahu dan tidak dapat berpura-pura bahwa penyerap karbon alami tersebut bisa mengimbangi penggunaan bahan bakar fosil yang terus menerus," tambahnya..

Gangguan Penyerap Karbon Alami

Sebelumnya, sebuah studi mengungkap proses alami Bumi dalam menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer menghadapi gangguan dan hampir tidak menyerap apa pun pada tahun 2023.

Baca juga:

Meskipun jumlah CO2 di atmosfer tidak banyak meningkat, penurunan penyerapan karbon oleh daratan dan lautan melalui proses alami yang mengkhawatirkan sungguh mengkhawatirkan.

Para ilmuwan dan pakar iklim masih mempelajari tren tersebut untuk menentukan apakah hal ini akan terus terjadi secara teratur. Mereka mengatakan kebakaran hutan besar-besaran pada tahun 2023 telah memengaruhi kemampuan lahan untuk menyerap karbon.

Mereka juga menyebut kapasitas Bumi untuk menghilangkan dan menyimpan karbon semakin berkurang dengan cepat, dan hal ini dapat mengganggu upaya mitigasi perubahan iklim oleh pemerintah, bisnis, dan masyarakat luas.

“Kita melihat keretakan dalam ketahanan sistem Bumi. Kita melihat ekosistem daratan kehilangan kemampuan penyimpanan karbon dan kapasitas penyerapan karbon, tetapi lautan juga menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan,” kata Johan Rockström, direktur Potsdam Institute for Climate Impact Research.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau