KOMPAS.com – Kawasan pesisir Muaragembong, Bekasi, yang sebelumnya menjadi salah satu daerah paling terdampak sampah kiriman dari perairan sekitar, kini mulai menunjukkan perubahan positif.
Kolaborasi Amazon Web Services (AWS) dan Greeneration Foundation (GF) melalui program EcoRanger Muaragembong X AWS telah membawa dampak signifikan dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat sejak 2022.
Belum lama ini, sebagai bagian dari upaya pelestarian, AWS dan GF menggelar kegiatan clean up besar-besaran di kawasan mangrove Saung Alas. Aksi ini berhasil mengumpulkan lebih dari 500 kilogram sampah yang sebagian besar terdiri dari plastik dan material anorganik lainnya.
Baca juga: Menteri Lingkungan Hidup Berencana Rehabilitasi 600.000 Hektar Habitat Mangrove
Kegiatan tersebut sekaligus menjadi pengingat bahwa ancaman terhadap ekosistem mangrove masih sangat nyata, tetapi dapat diatasi melalui kerja sama berbagai pihak.
Salah satu terobosan besar dari program tersebut adalah pendirian Black Soldier Fly (BSF) Center di Kampung Gaga, Desa Pantai Mekar.
“Melalui BSF Center, kami ingin memberikan solusi nyata untuk mengatasi sampah organik sekaligus memberdayakan masyarakat lokal agar lebih mandiri dalam pengelolaan sampah,” ungkap Community Engagement Manager AWS Hidayah Lubis dalam rilis yang diteirma Kompas.com, Selasa (10/12/2024).
Selain aksi clean up, program tersebut juga memperkenalkan inovasi pembuatan roster dari plastik multilayer di Saung Mekar Bersih. Produk ini tidak hanya digunakan untuk kebutuhan bangunan lokal tetapi juga dijual untuk memberikan dampak ekonomi bagi warga sekitar.
Baca juga: Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak
“Roster yang kami hasilkan telah memenuhi standar SNI, sehingga kualitasnya terjamin. Kami berharap inovasi ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk memanfaatkan limbah plastik,” kata Local Advisor Sentra Kelola Sampah EcoRanger Muaragembong, Darman.
Aksi pelestarian tersebut juga didukung oleh banyak aktivis lingkungan, seperti Suparno Jumar, yang dikenal sebagai River Defender. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya sampah yang ditemukan selama kegiatan clean up.
“Generasi muda harus menjadi pelopor dalam menata dan mengelola sampah, agar masalah seperti ini tidak terus berlanjut. Jika kita tidak mengubah kebiasaan, lingkungan akan semakin terancam,” ujarnya.
Baca juga: Komitmen Selamatkan Ekosistem Pesisir, Bulog Tanam 570 Mangrove di Bali
“Sampah yang menyangkut di akar mangrove sulit diambil dan membutuhkan usaha ekstra. Masalah ini tidak perlu terjadi jika sejak awal kita membuang sampah di tempat yang benar,” tambah perwakilan Marhara the Sanitizer, Giri Marhara.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya