KOMPAS.com - Survei Investor Institusional Ernst & Young 2024 mengungkap penurunan yang mengkhawatirkan dalam komitmen investor terhadap keberlanjutan.
Temuan survei ini berdasarkan pada pandangan 350 pembuat keputusan investasi dari berbagai lembaga termasuk perusahaan manajemen aset, perusahaan asuransi, dana pensiun, dan perusahaan manajemen kekayaan, yang kemudian memetakan sentimen investor tentang kinerja ESG.
Laporan mencatat dalam 10 tahun terakhir tren investor yang makin peduli dan menanamkan ESG sebagai pertimbangan ke dalam pengambilan keputusan mereka meningkat.
Baca juga:
Namun, seperti dikutip dari Sustainability Magazine, Kamis (12/12/2024) survei juga mencatat bahwa ada kesenjangan yang jelas antara pernyataan tersebut dan apa yang mereka lakukan.
"Kami mulai menyurvei industri ini lebih dari satu dekade lalu dengan tren yang terus meningkat terhadap investor yang mengatakan ESG merupakan hal mendasar bagi pengambilan keputusan mereka," ungkap Salah satu penulis laporan, Matthew Bell, Pemimpin Global, Climate Change & Sustainability Services, EY.
"Akan tetapi tahun ini kami menilai secara kritis ada kesenjangan yang signifikan antara pernyataan dan tindakan," tambahnya.
Menurut laporan EY ada beberapa pertimbangan yang mendukung klaim tersebut, yakni sebanyak 88 persen investor yang disurvei telah meningkatkan penggunaan informasi ESG tetapi 92 persen khawatir inisiatif terkait ESG ustru merugikan kinerja perusahaan jangka pendek.
Meski pelaporan keberlanjutan meningkat, 66 persen investor mengatakan lembaga mereka cenderung mengurangi pertimbangan terhadap ESG dalam pengambilan keputusan.
Kemudian, Hampir dua pertiga (63 persen) investor yang disurvei mengatakan bahwa pergeseran dalam siklus bisnis adalah faktor yang paling akut atau substansial akan memengaruhi strategi investasi lembaga mereka selama dua tahun ke depan.
Temuan lainnya adalah 85 persen investor mengatakan bahwa greenwashing adalah masalah yang semakin memburuk, tetapi 93 persen yakin bahwa perusahaan akan memenuhi target keberlanjutan mereka.
Lebih lanjut, laporan menyebut investor mengakui pentingnya keberlanjutan secara ekonomi dan politik. Mereka juga memahami adanya nilai jangka panjang yang dihasilkan oleh perusahaan yang beralih ke model bisnis yang lebih berkelanjutan.
Baca juga:
Kendati demikian temuan dari laporan juga merupakan gambaran yang mengkhawatirkan mengingat investor memiliki peran penting dalam mendorong pergerakan menuju ekonomi berkelanjutan.
Menurut survei, faktor lain yang berkontribusi terhadap kesenjangan antara pernyataan dan tindakan investor adalah mereka tidak selalu mempercayai informasi yang diberikan oleh perusahaan.
Hal ini membuat mereka berhati-hati dalam mengalokasikan modal kepada bisnis yang mengklaim memiliki sertifikasi keberlanjutan.
"Empat dari lima investor yang disurvei untuk penelitian tersebut (85 persen) mengatakan bahwa greenwashing dan pernyataan menyesatkan tentang kinerja keberlanjutan perusahaan merupakan masalah yang lebih besar dibandingkan dengan lima tahun lalu," tulis laporan.
Ini adalah temuan yang meresahkan, membuat kita bertanya-tanya apakah kepercayaan investor terhadap informasi keberlanjutan perusahaan akan meningkat seiring dengan standar pelaporan dan keberlanjutan yang terus berkembang.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya