Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
RILIS BIZ

Luncurkan Pusat Penelitian Rumput Laut di Bali, PT SIWA Dorong Pengembangan Ekonomi Pesisir

Kompas.com, 15 Desember 2024, 11:41 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – PT Sinergi Wana Segara (PT SIWA) meluncurkan Pusat Penelitian Rumput Laut di Nirvana Lembongan, Jungut Batu, Nusa Lembongan, Bali, Kamis (12/12/2024).

Inisiatif tersebut merupakan wujud nyata komitmen PT SIWA dalam mendukung keberlanjutan ekosistem laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Inisiatif ini juga menjadi bentuk kolaborasi strategis antara PT SIWA, Universitas Udayana (UNUD), dan Bank Mandiri, serta dukungan Yayasan Jagastara dan berbagai pihak lain.

Adapun acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan Kelian Dusun, badan usaha milik desa (BUMDes), petani rumput laut setempat, dan Nirvana Lembongan.

Direktur PT SIWA Ria Anggraini menjelaskan, fasilitas tersebut dibangun untuk meningkatkan kapasitas riset dan pengembangan rumput laut, khususnya bagi masyarakat pesisir di Nusa Lembongan.

“Kami percaya, riset yang dilakukan akan memperkuat industri rumput laut di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk ekspor dan membuka lapangan kerja,” ujar Ria dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (14/12/2024).

Baca juga: Beri Ternak dengan Rumput Laut Bisa Kurangi Emisi Metana Hampir 40 Persen

Ria berharap, pusat penelitian itu dapat meningkatkan kapasitas serta kualitas produk rumput laut yang dihasilkan oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal. Dengan demikian, peluang ekonomi baru bagi masyarakat pesisir dapat terbuka luas.

Sebagai mitra strategis, Bank Mandiri juga menyampaikan dukungan penuh terhadap inisiatif tersebut.

“Kami mendukung langkah ini sebagai upaya nyata dalam mendukung keberlanjutan ekonomi maritim. Kemitraan ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian lokal serta mengoptimalkan pendanaan dan akses keuangan bagi masyarakat pesisir dan sektor UMKM,” kata Assistant Vice President Bank Mandiri I Wayan Simpen Bagiarta.

Pada kesempatan sama, perwakilan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Udayana Ayu Wiweka Krisna Dewi juga menekankan pentingnya kolaborasi untuk mendukung penelitian dan pengembangan teknologi berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya laut, khususnya rumput laut.

“Melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) ini, kami berharap dapat berkontribusi lebih besar dalam riset dan memberikan solusi inovatif untuk pengelolaan ekosistem laut,” ucap Ayu.

Baca juga: Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Hal senada juga disampaikan perwakilan Yayasan Jagastara Luh Putu Mahyuni. Ia menyoroti peran penting rumput laut dalam mitigasi perubahan iklim.

Menurutnya, rumput laut terbukti efektif dalam menyerap karbondioksida dari atmosfer sehingga memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon global.

“Budi daya rumput laut memiliki dampak positif terhadap lingkungan pesisir, termasuk meningkatkan kualitas air dan mendukung keanekaragaman hayati,” tutur Mahyuni.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
IESR: Revisi Perpres 112 Tahun 2022 Ancam Target Transisi Energi
LSM/Figur
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
8 Juta Anak Indonesia Memiliki Darah Mengandung Timbal Melebihi Batas WHO
Pemerintah
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
Bobibos Diklaim Lebih Ramah Lingkungan, Ini Penjelasan BRIN
LSM/Figur
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
IWIP Libatkan UMKM dalam Rantai Pasok Industri, Nilai Kerja Sama Tembus Rp 4,4 Triliun
Swasta
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Celios: Pembatasan Izin Smelter Harus Disertai Regulasi dan Peta Dekarbonisasi
Pemerintah
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
COP30 Buka Peluang RI Dapatkan Dana Proyek PLTS 100 GW
Pemerintah
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Kemenhut: 6.000 ha TN Kerinci Seblat Dirambah, Satu Orang Jadi Tersangka
Pemerintah
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Masa Depan Keberlanjutan Sawit RI di Tengah Regulasi Anti Deforestasi UE dan Tekanan dari AS
Swasta
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Negara di COP30 Sepakati Deklarasi Memerangi Disinformasi
Pemerintah
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
3.099 Kasus Iklim Diajukan Secara Global hingga Pertengahan 2025
Pemerintah
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Seruan UMKM di COP30: Desak agar Tak Diabaikan dalam Transisi Energi
Pemerintah
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
Mendobrak Stigma, Menafsir Ulang Calon Arang lewat Suara Perempuan dari Panggung Palegongan Satua Calonarang
LSM/Figur
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Fragmentasi Regulasi Hambat Keberlanjutan Industri Sawit RI
Swasta
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Terkendala Harga, ESDM Pilih Solar dengan Kandungan Sulfur Tinggi untuk Campuran B50
Pemerintah
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Inovasi Keimigrasian di KEK Gresik, Langkah Strategis Perkuat Ekonomi Hijau dan Iklim Investasi Indonesia
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau