KOMPAS.com - Seiring dengan pemanasan global yang terjadi karena perubahan iklim, beberapa tanaman pangan seperti kentang terancam produksinya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti pun mencoba mengembangkan kentang yang lebih tahan panas sehingga dapat tumbuh dan beradaptasi di lingkungan yang terpengaruh perubahan iklim.
Dikutip dari BBC, Kamis (19/12/2024) tim peneliti dari University of Essex, Inggris mengembangkan kentang tersebut dengan menambahkan dua gen yang memodifikasi proses fotorespirasi tanaman, sehingga menghasilkan lebih banyak energi untuk pertumbuhan yang lebih baik.
Baca juga: Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat
Peneliti kemudian melakukan uji lapangan di negara bagian Illinois, AS dan menemukan bahwa tanaman tersebut dapat beradaptasi dan menumbuhkan kentang 30 persen lebih banyak di bawah tekanan panas.
Peneliti menggambarkan langkah ini sebagai jalan yang menjanjikan untuk peningkatan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan di wilayah yang menghadapi pemanasan global.
"Peningkatan massa umbi sebesar 30 persen yang diamati dalam uji coba lapangan kami menunjukkan harapan untuk meningkatkan fotosintesis guna menghasilkan tanaman yang siap menghadapi iklim," kata Meacham-Hensold, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi ini.
Baca juga: Inovasi Tanaman Obat untuk Perempuan Perlu Dipercepat
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa tidak ada dampak pada kualitas gizi kentang sebagai hasil rekayasa genetika.
"Tanaman pangan utama kita terancam oleh perubahan iklim dan penelitian kami kini telah mengonfirmasi bahwa strategi untuk meningkatkan toleransi termal akan diterjemahkan dari model ke tanaman pangan," imbuh Amanda Cavanagh, dari Universitas Essex.
"Penelitian ini dapat memberikan dampak besar di negara berkembang dan membantu melindungi tanaman pangan bagi masyarakat yang berada di garis depan perubahan iklim," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya